Bireuen, newsataloen.com - Dengan mengunakan perahu gandeng drum plastik ('getek'). Mustafa A Glanggang menerobos derasnya air sungai Peusangan menuju lokasi banjir Dusun Lebok Ibouh DesaTepin Mane, Juli, Bireuen.
Ketika di atas getek, mantan Bupati Bireuen itu kelihatan ciut, namun Mustafa tetap tegar mengikuti goyangan ombak rakit yang dihempas rakit bermuatan lebih dari 10 orang.
Sementara jembatan Tepin Mane Juli yang pernah putus tahun 1978, tetap berdiri kokoh. Sedangkan di ujung utara Desa Bunyet arah Bireuen sudah putus diterjang banjir, 26 November 2025 lalu.
Akibat putusnya jembatan ini, warga yang ingin berpergian dari Bireuen ke Takengon atau sebaliknya terpaksa mengunakan ketek atau kereta gantung ala wara bunyet dan tepin mane bergantung pada kawat baja dari ujung jembatan ditarik daratan Bunyet menuju Bireuen atau sebaliknya yang ingin menuju Benar Meriah dan Aceh Tengah.
Akhirnya semua sembako hasil donasi dari kawan-kawan Mustafa A Glanggang berhasil diatar ke titik lokasi Dusun Lebok Iboh dan Desa Tepin Mane. "Kami sangat senang menerima bantuan dari Bapak," kata kepala kepada tim relawan Mustafa.
POSKO WARGA GAYO.Semetara posko di Desa Tepin Mane Juli dipusatkan di Komplek Meunasah Desa itu, setiap hari rata-rata 100 orang pendatang, umum warga dari Kabupaten Benar Meriah dan Aceh Tengah. Mereka transit untuk sementara sebelum menyeberang ke Bireuen atau warga yang menunggu sanak famili dari arah Bireuen pulang ke daratan tinggi Gayo.
Salah seorang tokoh masyarakat Tepin Mane M Yusuf Skai menceritakan kepada Mustafa Glanggang, pada hari pertama dan kedua putus jembatan pengunggsi mencapai 500 warga yang makan di dapur umum dan menginap di Menasah Tepin Mane ini, papar Yusuf dengan nada sedih
Muhammad Yusuf melanjutkan ceritanya, sekarang warga dari tanah gayo bila malam hari kegiatan getek dan 'kereta gantung' tidak beroperasi semua warga yang tertinggal gagal berangkat terpaksa makan dan tidur di Meunasah Tepin Mane.
Sementara itu, dilapangan yang diamati Mustafa Glanggang yang juga mantan wartawan senior serambi Indonesia di era orde baru memjelaskan kesibukan pemerintah dengan mengarahkan tiga unit alat mengerjakan jembatan darurat diperkirakan sudah mencapai 80 persen.
Suasana lain kelihatan, hampir 90 persen raut wajah warga yang menyaksikan keramaian, baik diujung desa Benyet dan sebelah selatan desa Tepin mane. Tidak bisa menutupi rasa sedih. Setiap warga yang ditanya tetap menyebutkan peristiwa banjir dan longsor kali ini cobaan dari Allah SWT?,datang secara tiba-tiba. (rel/rj@).

Post a Comment