/> Dr. Iswadi Desak Presiden Prabowo Segera Buka, Akses Bantuan Internasional Dampak Banjir Sumatera

Dr. Iswadi Desak Presiden Prabowo Segera Buka, Akses Bantuan Internasional Dampak Banjir Sumatera

 

Dr.Iswadi

Jakarta, newsataloen.com - Banjir besar yang melanda Aceh dan sejumlah wilayah di Sumatra dalam beberapa pekan terakhir meninggalkan jejak kerusakan yang tidak mudah dipulihkan. Ribuan rumah terseret arus, jembatan penghubung antardesa terputus, dan lahan pertanian yang selama ini menjadi sumber penghidupan masyarakat tenggelam di bawah lumpur dan air setinggi pinggang hingga dada orang dewasa. 

Hujan yang turun tanpa henti memperparah kondisi, membuat banyak warga terjebak dan harus dievakuasi dalam situasi yang penuh risiko. Dalam suasana penuh ketidakpastian inilah Dr. Iswadi, seorang akademisi dan pemerhati kebencanaan nasional, mengeluarkan seruan mendesak kepada Presiden Prabowo Subianto untuk segera membuka akses bagi bantuan internasional.

Dr. Iswadi, skala bencana kali ini tidak bisa dianggap sebagai peristiwa lokal yang tertangani dengan sumber daya terbatas. Ia memandang bahwa dampak kerusakan yang begitu luas membutuhkan respons cepat yang melampaui kapasitas daerah maupun nasional. Dalam beberapa kesempatan berbicara dengan relawan dan warga terdampak, ia melihat langsung bagaimana kurangnya peralatan evakuasi, minimnya tenda dan logistik darurat, serta keterbatasan tenaga medis membuat penanganan menjadi tersendat. Bahkan, beberapa desa yang terisolasi selama berhari-hari belum tersentuh bantuan karena akses darat tertutup total.

Iswadi menilai Indonesia memiliki kemampuan tanggap darurat yang baik, namun dalam situasi tertentu terutama ketika bencana meluas ke beberapa provinsi sekaligus bantuan dari komunitas internasional bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan. Menurutnya, tidak ada alasan untuk menunggu kondisi menjadi lebih buruk sebelum membuka pintu bagi negara atau lembaga kemanusiaan global yang bersedia membantu. Ia menekankan bahwa prioritas utama saat ini adalah menyelamatkan nyawa, memastikan ketersediaan makanan, air bersih, obat-obatan, serta menyediakan tempat tinggal sementara bagi warga yang kehilangan rumah.

Dalam pernyataannya, Dr. Iswadi juga menyoroti aspek psikososial dari bencana. Ia menyampaikan bahwa trauma yang dialami anak anak, perempuan, dan lansia sering kali terabaikan dalam laporan resmi. Banyak dari mereka harus hidup dalam ketakutan karena kehilangan anggota keluarga atau terpaksa mengungsi di tempat yang tidak layak. Menurutnya, bantuan internasional tidak hanya soal material, tetapi juga keahlian dalam menangani trauma dan pemulihan mental pascabencana hal yang kerap membutuhkan dukungan tenaga profesional yang jumlahnya di dalam negeri masih terbatas.

Di sisi lain, Dr. Iswadi memahami bahwa pembukaan akses bantuan internasional sering kali menjadi isu sensitif, terutama ketika dikaitkan dengan kedaulatan negara. Namun, ia menegaskan bahwa dalam situasi krisis kemanusiaan, keselamatan rakyat harus ditempatkan di atas pertimbangan politik apa pun. Ia mengingatkan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang menerima dan memberikan bantuan ketika bencana besar terjadi, seperti gempa Aceh 2004 atau erupsi Merapi. Solidaritas global, menurutnya, adalah bagian dari nilai kemanusiaan universal yang tidak mengurangi kemandirian sebuah negara.

Lebih jauh, ia mengajak pemerintah untuk bersikap terbuka terhadap berbagai penawaran bantuan dari negara sahabat dan organisasi kemanusiaan internasional. Dengan cakupan wilayah terdampak banjir yang begitu luas, ia yakin bahwa dukungan dari luar negeri dapat mempercepat pemulihan infrastruktur vital dan memastikan distribusi logistik lebih merata. Drone pemantau, helikopter tambahan, alat berat untuk membuka akses jalan, hingga tenaga medis dan tim SAR berpengalaman adalah bentuk bantuan yang menurutnya sangat dibutuhkan saat ini.

Seruan Dr. Iswadi mendapat perhatian dari banyak pihak, termasuk para relawan lokal dan organisasi masyarakat sipil yang selama ini bekerja tanpa lelah di lapangan. Banyak di antara mereka yang menyampaikan bahwa beban yang mereka tanggung sudah melebihi kapasitas, dan tambahan dukungan sangat dibutuhkan. (rel/rj)

Post a Comment

Previous Post Next Post