/> Menjemput Masa Depan: Gagasan Dr. Iswadi tentang Arah Baru Pendidikan Indonesia

Menjemput Masa Depan: Gagasan Dr. Iswadi tentang Arah Baru Pendidikan Indonesia

Dr.Iswadi

Jakarta, newsataloen.com - Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat, pendidikan tidak lagi sekadar ruang untuk menimba ilmu, melainkan arena untuk menyiapkan manusia menghadapi tantangan masa depan. Di tengah arus globalisasi, digitalisasi, dan disrupsi teknologi yang kian deras, muncul sosok Dr. Iswadi dengan gagasan segarnya tentang arah baru pendidikan Indonesia. 

Baginya, pendidikan tidak boleh berhenti menjadi sistem yang menumpuk hafalan dan nilai ujian, tetapi harus menjadi gerakan yang memerdekakan manusia, menumbuhkan karakter, serta membentuk daya cipta dan empati sosial.

Dr. Iswadi memandang bahwa masa depan pendidikan Indonesia harus dimulai dari perubahan paradigma. Ia mengajak semua pihak pendidik, orang tua, dan pembuat kebijakan untuk memandang pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia. Pendidikan, katanya, bukan sekadar menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai, melainkan membentuk individu yang sadar akan potensi dirinya, mampu berpikir kritis, berkolaborasi, dan memiliki empati terhadap lingkungan dan sesama.

Menurutnya, arah baru pendidikan harus menempatkan manusia sebagai pusatnya, bukan sekadar kurikulum atau sistem evaluasi.n Dalam berbagai kesempatan, Dr. Iswadi menekankan pentingnya transformasi pola pikir guru sebagai ujung tombak perubahan. Guru bukan lagi satu satunya sumber pengetahuan, melainkan fasilitator pembelajaran yang menginspirasi.

Ia menyebut bahwa pendidikan yang efektif hanya dapat terjadi ketika guru memiliki ruang untuk berinovasi, bebas dari tekanan administratif yang berlebihan, dan mendapat dukungan nyata untuk mengembangkan diri. Guru yang berdaya akan melahirkan siswa yang merdeka, ujarnya.

Salah satu gagasan kuat Dr. Iswadi adalah perlunya pendidikan yang kontekstual dan relevan dengan kehidupan nyata. Siswa perlu diajak memahami persoalan di sekitar mereka mulai dari isu lingkungan, sosial, hingga ekonomi lokal dan mencari solusi kreatif melalui proyek pembelajaran. Dengan pendekatan ini, sekolah tidak lagi terpisah dari realitas masyarakat, melainkan menjadi bagian aktif dari proses perubahan sosial. Inilah yang ia sebut sebagai learning by living, belajar yang tumbuh dari pengalaman hidup.

Lebih jauh, Dr. Iswadi menyoroti tantangan besar yang dihadapi sistem pendidikan nasional: kesenjangan mutu antarwilayah, ketimpangan akses, serta dominasi birokrasi yang sering kali menghambat inovasi di tingkat sekolah. Ia menilai bahwa arah baru pendidikan Indonesia harus berani melampaui sekat sekat struktural yang kaku.

Desentralisasi pendidikan, menurutnya, perlu diberi makna yang lebih dalam bukan sekadar memindahkan kewenangan administratif ke daerah, tetapi memberi otonomi yang nyata bagi sekolah dan komunitas pendidikan untuk berkreasi sesuai kebutuhan lokal.

Dalam pandangan Dr. Iswadi, teknologi digital menjadi jembatan penting dalam mewujudkan pemerataan pendidikan. Namun, ia mengingatkan bahwa digitalisasi bukan sekadar soal perangkat dan aplikasi, melainkan soal kesiapan manusia di baliknya. Teknologi harus menjadi alat untuk memperluas kesempatan belajar, bukan menggantikan peran manusia.

 Oleh karena itu, literasi digital dan etika penggunaan teknologi menjadi bagian integral dari kurikulum masa depan. Pendidikan, katanya, harus membantu generasi muda menjadi pengguna teknologi yang bijak, bukan sekadar konsumennya.

Arah baru pendidikan yang digagas Dr. Iswadi juga menekankan pentingnya pendidikan karakter dan spiritualitas kebangsaan. Di tengah krisis nilai dan derasnya budaya global, sekolah harus menjadi tempat menumbuhkan kejujuran, disiplin, tanggung jawab, dan semangat gotong royong. 

Ia percaya bahwa kemajuan bangsa tidak hanya ditentukan oleh kemampuan berpikir logis, tetapi juga oleh kematangan moral dan empati sosial warganya. Pendidikan karakter, bagi Dr. Iswadi, bukanlah mata pelajaran tambahan, melainkan napas yang menjiwai seluruh proses belajar. (red/rj).

Post a Comment

Previous Post Next Post