ekonomi
Aceh Memiliki Potensi Besar untuk Mengembangkan Industri Meubel
Aceh, newsataloen.com - Aceh memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri mebel dan kerajinan karena banyaknya bahan baku yang tersedia. Karena bahan bakunya mudah didapat, mebel yang terbuat dari kayu dan rotan bahkan sampai saat ini masih menjadi andalan bagi kerajinan rakyat.
Demikian pendapat salah seorang pemerhati usaha mebel Aceh Bachtiar Antony , saat membahas masalah industri mebel di Aceh yang masih tertinggal, Padahal industry mebel bila dikembangkan bukan saja mengurangi pengangguran juga akan menambah pendapatan daerah
“Bahkan, mebel yang terbuat dari rotan pun sangat berpeluang untuk dikembangkan, sebab produksi rotan Aceh masih cukup banyak” sebut Bachtiar.
Bachtiar meyakini, jika sebahagian besar bahan baku tersebut diolah di Aceh, tentu akan menjadikan daerah ini sebagai salah satu pusat pengembangan mebel kayu dan rotan terbesar di Indonesia.
“Jika Aceh menjadi salah satu daerah pengembangan mebel, tentu akan membuka lapangan kerja, yang secara bersamaan akan mengurangi angka pengangguran dan menurunkan kemiskinan,” urai Bachtiar.
“Maka Program Aceh Kreatif harus terfokus minimal pada tiga sasaran pokok, yaitu penyediaan sentra produksi berbasis sumber daya lokal yang berorientasi pada pasar nasional, memberi Perlindungan bagi produk lokal agar dapat bersaing dengan produk dari luar Aceh, serta merangsang lahirnya industri-industri kreatif yang potensial di sektor jasa,” urai Bachtiar.
Sebagaimana kita ketahui lanjutnya, usaha mebel dan kerajinan rakyat tidak bisa dipisahkan dari sektor lainnya, seperti perdagangan, pariwisata, UKM dan sebagainya. Oleh sebab itu, usaha ini perlu kita tingkatkan agar mampu memberikan multplier effect bagi pergerakan ekonomi rakyat,
Dalam kesempatan tersebut, menurut Bachtiar untuk memajukan usaha mebel dan kerajinan rakyat, setidaknya harus ada tiga hal yang perlu menjadi perhatian bersama, yaitu Sumber Daya Manusia, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan inovasi dalam menghasilkan karya-karya kreatif sesuai kebutuhan pasar.
“Kita melihat, SDM Aceh untuk mengembangkan karya-karya kerajinan mebel ini masih terbatas. Pengerjaannya juga masih menggunakan cara-cara yang tradisional. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia agar proses kreatif dapat lebih meningkat.
Hal selanjutnya yang sangat penting untuk diperhatikan adalah belum luasnya jangkauan pasar. “Saat ini, sistem transportasi sudah jauh lebih baik dari masa lalu, bahkan sudah terhubung secara nasional dan internasional. Oleh sebab itu langkah-langkah promosi dan peningkatan kualitas produk perlu kita lakukan lebih optimal.”
“Terakhir, dukungan dan fasilitas bagi usaha ini masih sangat minim. Apalagi kita tahu, sektor usaha mebel dan kerajinan rakyat ini umumnya masuk kategori UKM yang kerap menghadapi kendala modal. Dalam hal ini, sangat dibutuhkan dukungan perbankan guna memperkuat usaha yang ada agar para pegiat usaha ini lebih leluasa bergerak,” ujar Bachtiar
“Tidak kalah pentingnya, kita juga berharap usaha ini berkembang hingga kawasan gampong, sehingga program pembangunan gampong yang sedang kita galakkan diperkuat lagi dengan usaha kreatif masyarakat, sehingga impian kita menciptakan gampong-gampong mandiri di Aceh dapat terwujud melalui One village One product,” pungkas Bachtiar
(Usman Cut Raja)
Demikian pendapat salah seorang pemerhati usaha mebel Aceh Bachtiar Antony , saat membahas masalah industri mebel di Aceh yang masih tertinggal, Padahal industry mebel bila dikembangkan bukan saja mengurangi pengangguran juga akan menambah pendapatan daerah
“Bahkan, mebel yang terbuat dari rotan pun sangat berpeluang untuk dikembangkan, sebab produksi rotan Aceh masih cukup banyak” sebut Bachtiar.
Bachtiar meyakini, jika sebahagian besar bahan baku tersebut diolah di Aceh, tentu akan menjadikan daerah ini sebagai salah satu pusat pengembangan mebel kayu dan rotan terbesar di Indonesia.
“Jika Aceh menjadi salah satu daerah pengembangan mebel, tentu akan membuka lapangan kerja, yang secara bersamaan akan mengurangi angka pengangguran dan menurunkan kemiskinan,” urai Bachtiar.
“Maka Program Aceh Kreatif harus terfokus minimal pada tiga sasaran pokok, yaitu penyediaan sentra produksi berbasis sumber daya lokal yang berorientasi pada pasar nasional, memberi Perlindungan bagi produk lokal agar dapat bersaing dengan produk dari luar Aceh, serta merangsang lahirnya industri-industri kreatif yang potensial di sektor jasa,” urai Bachtiar.
Sebagaimana kita ketahui lanjutnya, usaha mebel dan kerajinan rakyat tidak bisa dipisahkan dari sektor lainnya, seperti perdagangan, pariwisata, UKM dan sebagainya. Oleh sebab itu, usaha ini perlu kita tingkatkan agar mampu memberikan multplier effect bagi pergerakan ekonomi rakyat,
Dalam kesempatan tersebut, menurut Bachtiar untuk memajukan usaha mebel dan kerajinan rakyat, setidaknya harus ada tiga hal yang perlu menjadi perhatian bersama, yaitu Sumber Daya Manusia, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan inovasi dalam menghasilkan karya-karya kreatif sesuai kebutuhan pasar.
“Kita melihat, SDM Aceh untuk mengembangkan karya-karya kerajinan mebel ini masih terbatas. Pengerjaannya juga masih menggunakan cara-cara yang tradisional. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia agar proses kreatif dapat lebih meningkat.
Hal selanjutnya yang sangat penting untuk diperhatikan adalah belum luasnya jangkauan pasar. “Saat ini, sistem transportasi sudah jauh lebih baik dari masa lalu, bahkan sudah terhubung secara nasional dan internasional. Oleh sebab itu langkah-langkah promosi dan peningkatan kualitas produk perlu kita lakukan lebih optimal.”
“Terakhir, dukungan dan fasilitas bagi usaha ini masih sangat minim. Apalagi kita tahu, sektor usaha mebel dan kerajinan rakyat ini umumnya masuk kategori UKM yang kerap menghadapi kendala modal. Dalam hal ini, sangat dibutuhkan dukungan perbankan guna memperkuat usaha yang ada agar para pegiat usaha ini lebih leluasa bergerak,” ujar Bachtiar
“Tidak kalah pentingnya, kita juga berharap usaha ini berkembang hingga kawasan gampong, sehingga program pembangunan gampong yang sedang kita galakkan diperkuat lagi dengan usaha kreatif masyarakat, sehingga impian kita menciptakan gampong-gampong mandiri di Aceh dapat terwujud melalui One village One product,” pungkas Bachtiar
(Usman Cut Raja)
Via
ekonomi
Post a Comment