/> Opini: Saat Pendidikan Mencari Jalan Pulang: Telaah atas Pemikiran Dr. Iswadi

Opini: Saat Pendidikan Mencari Jalan Pulang: Telaah atas Pemikiran Dr. Iswadi

 

Dr.Iswadi,M.Pd



Jakarta, newsataloen-.com - Pendidikan sejatinya adalah perjalanan panjang untuk menemukan makna kemanusiaan. Namun, di tengah hiruk-pikuk modernitas, perjalanan itu seakan tersesat di jalan yang tak lagi jelas arahnya. Sekolah berubah menjadi arena kompetisi angka, bukan ruang pencarian jati diri. Ilmu pengetahuan berkembang pesat, tetapi kebijaksanaan seolah tertinggal jauh di belakang.

Dalam situasi inilah, gagasan pendidikan Dr. Iswadi hadir sebagai seruan untuk pulang pulang pada hakikat sejati pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia.

Menurut Dr. Iswadi, krisis terbesar pendidikan masa kini bukan semata mata soal mutu, fasilitas, atau kebijakan yang tumpang tindih. Krisis yang paling mendasar adalah krisis arah dan nilai. Pendidikan yang seharusnya membentuk karakter, justru terjebak dalam sistem yang menekankan pencapaian hasil akademik semata. Nilai kemanusiaan, kejujuran, dan empati perlahan terkikis oleh semangat pragmatisme. Sekolah menjadi mesin pencetak tenaga kerja, bukan tempat lahirnya manusia pembelajar yang bijaksana.

Dr. Iswadi menegaskan bahwa pendidikan perlu mencari jalan pulang menuju esensinya yang paling hakiki: menumbuhkan manusia secara utuh. Bagi beliau, pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu, melainkan pembentukan kepribadian dan penanaman nilai moral. Ia percaya bahwa kecerdasan sejati tidak hanya terletak pada kemampuan berpikir logis, tetapi juga pada kemampuan untuk berempati, beretika, dan bertanggung jawab terhadap kehidupan.

Dalam pandangan Dr. Iswadi, pendidikan yang ideal harus mengintegrasikan tiga dimensi utama akal, hati, dan tindakan.Akal mencerminkan kemampuan berpikir kritis dan ilmiah; hati melambangkan moralitas dan spiritualitas; sedangkan tindakan mencerminkan penerapan nilai dalam kehidupan nyata. Jika salah satu unsur ini diabaikan, pendidikan menjadi pincang. Ilmu tanpa moral akan melahirkan kecerdasan tanpa arah, sementara moral tanpa ilmu dapat menjerumuskan pada kebodohan yang berbalut kebaikan semu.

Kegelisahan Dr. Iswadi terhadap arah pendidikan modern berangkat dari realitas yang ia amati: banyak lulusan sekolah dan universitas yang pintar, namun kehilangan kepekaan sosial. Mereka mampu menjawab soal rumit, tetapi gagap menghadapi realitas kehidupan. Pendidikan yang terlalu menekankan aspek kognitif telah mengabaikan dimensi afektif dan spiritual. Akibatnya, banyak generasi muda yang merasa hampa dan kehilangan makna, meskipun berprestasi secara akademik.

Sebagai solusi, Dr. Iswadi menawarkan konsep pendidikan yang humanistik dan kontekstual. Pendidikan, katanya, harus kembali berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan dan budaya bangsa. Proses belajar hendaknya tidak menekan, melainkan menumbuhkan; tidak memaksa, melainkan menginspirasi. Guru seharusnya bukan sekadar penyampai materi, tetapi pembimbing dan teladan hidup bagi peserta didik. Dalam pandangan beliau, keteladanan jauh lebih kuat daripada sekadar pengajaran.

Selain itu, Dr. Iswadi menekankan pentingnya pembelajaran reflektif , di mana siswa diajak memahami makna di balik setiap pengetahuan yang dipelajari. Dengan demikian, pendidikan tidak berhenti pada hafalan, tetapi mengantarkan peserta didik pada kesadaran diri. Proses belajar menjadi perjalanan spiritual yang membantu manusia mengenal dirinya, sesama, dan Sang Pencipta.

Gagasan mencari jalan pulang yang dikemukakan Dr. Iswadi sesungguhnya merupakan ajakan moral bagi seluruh komponen pendidikan guru, siswa, orang tua, dan pemerintah untuk kembali meninjau arah perjalanan pendidikan bangsa. Jalan pulang itu bukan berarti kembali ke masa lalu, tetapi kembali pada nilai dasar yang telah lama dilupakan: bahwa pendidikan adalah tentang manusia dan kemanusiaan.

Di tengah dunia yang semakin kompetitif, gagasan Dr. Iswadi terasa seperti oase. Ia mengingatkan bahwa kemajuan tidak boleh mengorbankan kemanusiaan. Teknologi, kurikulum, dan sistem hanyalah sarana; sedangkan tujuan akhirnya adalah lahirnya manusia yang berakal sehat, berhati lembut, dan berjiwa merdeka. (rls/red/ops/mi).

Post a Comment

Previous Post Next Post