/> Iswadi Prihatin Atas Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Sekolah Bukan Tempat Ketakutan

Iswadi Prihatin Atas Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Sekolah Bukan Tempat Ketakutan

 

Dr.Iswadi

Jakarta, newsataloen.com - Ledakan yang mengguncang SMAN 72 Jakarta  pada awal pekan ini menjadi kabar mengejutkan bagi dunia pendidikan nasional. Suara dentuman keras yang terdengar di area sekolah itu sempat menimbulkan kepanikan di kalangan siswa dan guru. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, beberapa siswa mengalami luka ringan dan trauma akibat kejadian tersebut. Aktivitas belajar mengajar pun terhenti seketika, dan suasana sekolah yang biasanya ramai oleh tawa pelajar berubah menjadi mencekam.

Kejadian itu memantik keprihatinan banyak pihak, termasuk Dr. Iswadi, seorang pemerhati pendidikan dan dosen yang dikenal vokal memperjuangkan keamanan serta kenyamanan lingkungan belajar. Dalam keterangannya kepada media, Dr. Iswadi menegaskan bahwa apa pun motif di balik ledakan tersebut, hal itu tidak bisa ditoleransi.

Sekolah bukan tempat ketakutan. Sekolah adalah rumah kedua bagi anak-anak kita  tempat mereka tumbuh, belajar, dan bermimpi. Ketika rasa aman hilang, maka seluruh proses pendidikan pun ikut terguncang, ujar Dr. Iswadi dengan nada prihatin.

Menurutnya, ledakan di SMAN 72 tidak sekadar menjadi peristiwa kriminal, melainkan juga peringatan keras  bahwa keamanan sekolah di Indonesia masih rentan. Ia menyebut bahwa selama ini, isu keselamatan di sekolah sering kali terabaikan, baik dari sisi pengawasan maupun kesiapsiagaan menghadapi situasi darurat. “Kita terlalu fokus pada akademik, tetapi lupa bahwa rasa aman adalah fondasi dari seluruh proses belajar, tambahnya.

Dr. Iswadi menilai bahwa kejadian ini harus menjadi momentum bagi pemerintah, dinas pendidikan, dan masyarakat untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem keamanan sekolah. Ia mengusulkan agar setiap sekolah memiliki standar keamanan yang jelas, mulai dari pemeriksaan barang bawaan, pemasangan CCTV di titik strategis, hingga adanya petugas keamanan yang terlatih.

Sekolah-sekolah kita perlu memiliki protokol keamanan yang tidak hanya tertulis di atas kertas, tetapi benar-benar dijalankan. Guru dan siswa harus tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat, katanya.

Selain aspek fisik, Dr. Iswadi juga menekankan pentingnya pendekatan psikologis dan sosial. Menurutnya, ancaman di sekolah tidak hanya datang dari luar, tetapi juga bisa berasal dari dalam, seperti perundungan, kekerasan antarsiswa, hingga tekanan emosional yang tidak tertangani. Ia menilai bahwa banyak siswa yang mengalami tekanan psikologis namun tidak memiliki tempat aman untuk bercerita.

Di sinilah peran guru bimbingan konseling, psikolog sekolah, dan orang tua menjadi sangat penting. Anak-anak harus merasa bahwa sekolah adalah tempat mereka didengar, bukan tempat mereka dihakimi, jelasnya.

Lebih jauh, Dr. Iswadi mengajak masyarakat untuk tidak menganggap enteng isu keamanan sekolah  Ia menilai bahwa setiap individu baik orang tua, guru, aparat, maupun warga sekitar memiliki peran dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman. Ia mencontohkan bagaimana di beberapa negara maju, keamanan sekolah dijaga secara kolaboratif antara pihak sekolah, masyarakat, dan lembaga keamanan tanpa mengorbankan kenyamanan siswa.

"Jika di negara lain keamanan sekolah bisa dikelola dengan baik tanpa menimbulkan ketakutan, maka Indonesia pun bisa. Yang dibutuhkan hanyalah keseriusan dan kesadaran bahwa ini adalah tanggung jawab bersama,'ujarnya.

Dr. Iswadi juga menyoroti peran media dalam memberitakan insiden semacam ini. Ia mengingatkan agar media tetap berhati hati dalam menyajikan informasi agar tidak menimbulkan kepanikan di kalangan masyarakat. Pemberitaan harus edukatif. Jangan menambah ketakutan, tetapi dorong agar publik sadar pentingnya menjaga keamanan sekolah

Meski menyayangkan peristiwa tersebut, Dr. Iswadi mengapresiasi langkah cepat aparat kepolisian yang langsung melakukan penyelidikan dan memastikan situasi aman. Ia berharap, hasil investigasi dapat mengungkap motif di balik ledakan dan menjadi dasar untuk memperbaiki sistem keamanan pendidikan ke depan. (rel/rizal jibro).

Post a Comment

Previous Post Next Post