![]() |
| Dr.Iswadi |
Jakarta, newsataloen.com - Dalam sebuah wawancara khusus bersama para awak media, Dr. Iswadi memaparkan gagasan strategis bertajuk Arah Baru Pendidikan Indonesia, sebuah inisiatif yang ia dorong untuk menjawab tantangan pendidikan di tengah perubahan sosial dan perkembangan teknologi yang semakin cepat.
Di awal wawancara, Dr. Iswadi menyoroti bahwa persoalan utama pendidikan Indonesia bukan semata terkait sarana prasarana atau jumlah tenaga pengajar, tetapi pola pikir pendidikan yang masih berorientasi pada hafalan dan capaian angka. Menurutnya, pendekatan lama tersebut sudah tidak relevan untuk membentuk generasi yang mampu bersaing di tingkat global.
"Pendidikan kita harus bergeser dari budaya mengejar nilai menuju pembentukan karakter, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis. Anak anak tidak bisa lagi diperlakukan seragam mereka harus difasilitasi untuk menemukan potensi terbaiknya,"tegas Dr. Iswadi kepada para jurnalis, Minggu (16/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa generasi muda saat ini hidup dalam ekosistem digital, sehingga pendidikan harus membekali mereka dengan literasi data, literasi teknologi, dan literasi budaya. Ketiga pilar ini diyakininya sangat penting untuk membentuk individu yang adaptif terhadap perubahan dan mampu memecahkan persoalan kompleks.
Dalam sesi wawancara, Dr. Iswadi juga menekankan peran sentral guru sebagai ujung tombak perubahan. Ia mendorong peningkatan kualitas pelatihan guru agar mampu menjadi fasilitator pembelajaran, bukan sekadar penyampai materi.
Tidak mungkin kita menyiapkan peserta didik abad ke 21 dengan metode pengajaran abad ke 20. Guru harus kita siapkan untuk menghadapi realitas baru, ujarnya.
Selain itu, ia menyoroti pentingnya kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Menurutnya, tanggung jawab pendidikan tidak bisa dibebankan hanya pada sekolah. Peran orang tua dan lingkungan sekitar harus berjalan seiring agar tercipta ekosistem belajar yang sehat dan suportif.
Dalam wawancara tersebut, Dr. Iswadi juga menekankan bahwa arah baru pendidikan Indonesia tidak boleh meninggalkan prinsip pemerataan. Transformasi digital, menurutnya, harus bersifat inklusif dan dapat diakses seluruh daerah, termasuk wilayah terpencil. Hal ini meliputi ketersediaan akses internet, perangkat pembelajaran, serta modul edukasi yang adaptif.
Keadilan dalam pendidikan bukan berarti memberikan hal yang sama kepada semua anak, tetapi memberikan apa yang mereka butuhkan agar bisa berkembang, jelasnya. Mengakhiri wawancara, Dr. Iswadi mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bergerak bersama dalam memperbaiki sistem pendidikan nasional.
"Jika kita ingin masa depan Indonesia berubah, mulailah dari pendidikannya. Generasi yang kita bentuk hari ini akan menjadi penentu seperti apa bangsa ini nantinya,"tutupnya. (rel/rizal jibro).

Post a Comment