Jakarta, newsstaloen.com -Akademisi dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul Dr.Iswadi, M. Pd mengajak masyarakat agar jangan 'menjual' suaranya dalam Pilpres 2024. Karena satu suara sangat berarti bagi masa depan bangsa, sehingga tidak pantas dan tidak layak apabila satu suara tersebut hanya ditukar dengan uang Rp 2 00 ribu ataupun Rp 100 ribu.
"Satu suara yang dijual dengan harga Rp 200 ribu untuk lima tahun, itu sama saja dengan Rp 40 ribu per tahun, dan Rp 108 perak per hari. Siapapun yang mengandalkan politik uang, menunjukan bahwa ia memandang rendah kedaulatan rakyat," ujar Dr.Iswadi, M. Pd, kepada wartawan Kamis (21/12/2023).
Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tersebut mengimbau untuk tidak memilih pemimpin yang menerapkan politik uang. Dia menyarankan untuk memilih pemimpin karena rekam jejak, integritas, dan kapabilitasnya.
"Jika memilih karena uang, sama saja dengan menjual murah suara, sehingga jangan heran jika lima tahun kedepan pemimpin yang dipilih tersebut bukan berjuang untuk kepentingan rakyat melainkan pergi meninggalkan rakyat dan sibuk mengembalikan modal,"kata Iswadi menegaskan.
Karena itu, Akademisi berdarah Aceh ini berharap KPU, Bawaslu, serta Kepolisian harus meningkatkan koordinasi dan sinergi agar bisa saling tukar informasi guna mencegah masuknya dana kampanye ilegal dan Politik uang (money politic).
Sekaligus menindaklanjuti apabila ada temuan yang mencurigakan Sehingga Pemilu tetap menjadi ajang adu gagasan visi, misi, serta program kerja. Bukan malah menjadi adu pengumpulan uang, untuk kemudian digunakan untuk jual beli suara rakyat, demikian Dr.Iswadi, (rizal jibro).
Post a Comment