/> Pendekar Pendidikan Asal Aceh: Menakar Kans Dr. Iswadi di Tengah Reshuffle Kabinet

Pendekar Pendidikan Asal Aceh: Menakar Kans Dr. Iswadi di Tengah Reshuffle Kabinet

 

Dr.Iswadi,M.Pd

Jakarta, newsataloen.com - Angin perubahan kembali berhembus dari Istana. Wacana reshuffle kabinet yang mencuat belakangan ini tidak hanya menjadi perbincangan elite politik, tetapi juga menuai harapan dari berbagai kalangan masyarakat. Di tengah pusaran spekulasi ini, muncul satu nama dari ujung barat Indonesia yang mencuri perhatian: Dr. Iswadi, sosok yang dijuluki “Pendekar Pendidikan” dari Aceh.

Dr. Iswadi bukan tokoh asing di dunia pendidikan. Lahir dan besar di Aceh, ia menapaki jalan hidupnya dengan penuh perjuangan. Dari pelosok daerah yang penuh keterbatasan, ia mengukir prestasi demi prestasi, hingga meraih gelar doktor di bidang pendidikan. Lebih dari sekadar akademisi, Dr. Iswadi dikenal luas sebagai aktivis pendidikan yang vokal memperjuangkan hak belajar anak-anak di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

Integritas dan dedikasinya telah membawanya menjadi figur sentral dalam berbagai program peningkatan mutu pendidikan . Melalui berbagai inisiatif, ia mendirikan komunitas belajar, memperjuangkan kurikulum yang inklusif, dan bahkan turun langsung ke lapangan untuk pengabdian masyarakat, mendengar keluhan guru, dan menyusun solusi yang berpihak pada rakyat.

Di tengah upaya pemerintah memperkuat fondasi pendidikan nasional pasca pandemi, nama Dr. Iswadi mencuat sebagai salah satu kandidat potensial untuk mengisi pos Menteri Pendidikan dalam reshuffle kabinet mendatang. Banyak yang menilai, kehadirannya di panggung nasional akan menjadi simbol keberpihakan pada pendidikan daerah dan pemerataan kualitas pendidikan secara nyata.

Namun, apakah kans Dr. Iswadi cukup kuat?

Secara politik, ia bukan bagian dari lingkaran kekuasaan. Tidak berafiliasi dengan partai besar, dan tidak pula memiliki jaringan oligarki yang kuat. Namun justru di situlah letak kekuatan moralnya. Banyak kalangan masyarakat sipil, terutama akademisi dan aktivis pendidikan, yang melihat Dr. Iswadi sebagai representasi suara masyarakat bawah mereka yang selama ini kurang terwakili dalam kebijakan nasional.

Beberapa pengamat politik menyebutkan bahwa reshuffle kali ini diperkirakan akan mempertimbangkan unsur representasi wilayah dan profesionalisme. Dengan rekam jejak bersih, visi yang progresif, serta pengalaman nyata di lapangan, Dr. Iswadi dinilai memenuhi kriteria tersebut. Lebih dari sekadar simbolik, kehadirannya di kabinet bisa menjadi energi baru dalam reformasi pendidikan nasional.

Namun jalan menuju kursi menteri bukanlah perkara mudah. Politik tetaplah arena kompromi. Di tengah dinamika kekuasaan yang sarat kepentingan, suara dari daerah seperti Aceh kerap tenggelam di tengah dominasi elite pusat. Maka, harapan terhadap figur seperti Dr. Iswadi pun bergantung pada keberanian pemerintah untuk memberikan ruang bagi tokoh-tokoh berintegritas, bukan hanya berdasarkan kepentingan politik jangka pendek.

Apa pun hasil akhirnya, kemunculan nama Dr. Iswadi dalam bursa reshuffle kabinet telah menyuarakan satu hal penting: bahwa masih ada tokoh-tokoh daerah yang tulus mengabdi dan layak mendapat tempat di panggung nasional. Bahwa perubahan tidak selalu harus datang dari pusat; kadang, ia justru bermula dari pinggiran yang sunyi.

Sebagai masyarakat, kita patut mengawal proses ini dengan harapan dan kritis. Karena pada akhirnya, pendidikan bukan hanya soal kurikulum atau angka-angka capaian, tetapi tentang masa depan bangsa yang dibangun oleh para pemimpin yang punya nurani, dedikasi, dan keberanian seperti yang ditunjukkan oleh Dr. Iswadi, sang pendekar pendidikan asal Aceh. (rizal jibro)

Post a Comment

Previous Post Next Post