Jakarta, newsataloen.com - Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI) Dr. Iswadi, M.Pd yang merupakan tokoh intelektual yang dikenal kritis terhadap kebijakan publik dan pembangunan nasional, dalam sebuah pernyataan publik mengungkapkan apa yang ia sebut sebagai senjata rahasia Presiden Prabowo Subianto untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melewati ambang 5,5 % pada tahun 2026. Pernyataan ini menjadi pusat perhatian karena ambisi Presiden Prabowo untuk menegaskan bahwa target pembangunan tidak hanya bersifat retoris, melainkan harus dilandasi strategi konkret dan berkelanjutan.
Dr. Iswadi, poin utama dari senjata rahasia tersebut adalah sinergi antara penguatan ekonomi di akar rumput dan transformasi struktural sektor strategis. Dalam pandangannya, pemerintah perlu memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya tumbuh dari sisi makro saja, tetapi juga mampu menyentuh rakyat di lapisan bawah petani, pelaku UMKM, hingga komunitas desa.
Salah satu contoh kebijakan yang ia soroti adalah program Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes Merah Putih), yang menurutnya memiliki potensi besar menjadi kendaraan utama pemberdayaan ekonomi desa. Program ini, menurut Dr. Iswadi, mampu menciptakan akses modal, akses pasar, dan penguatan kelembagaan lokal yang selama ini menjadi kendala pembangunan di daerah.
Namun, pemberdayaan desa saja tidak cukup. Dr. Iswadi menegaskan bahwa pemerintah harus menyiapkan kerangka kebijakan transformasi ekonomi: industrialisasi dengan basis teknologi, hilirisasi sumber daya alam, dan pemanfaatan ekonomi digital secara masif. Strategi ini terutama penting agar Indonesia tidak tertinggal dalam kompetisi global, apalagi ketika dunia bergerak cepat di sektor teknologi, energi baru terbarukan, dan rantai pasok strategis. Tanpa langkah langkah transformasi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan tertahan oleh masalah struktural seperti ketergantungan impor, produktivitas rendah, dan disparitas antarwilayah.
Menurut Dr. Iswadi, senjata rahasia itu juga menyertakan pendekatan integritas dan kepemimpinan yang konsisten . Dalam pengamatan beliau, banyak kebijakan besar gagal karena kurangnya kontinuitas, birokrasi lemah, dan kurangnya akuntabilitas. Oleh karena itu, pemimpin pemerintahan termasuk Prabowo perlu memprioritaskan budaya transparansi, reformasi birokrasi, serta penegakan hukum yang tak pandang bulu, terutama dalam sektor sektor strategis seperti migas, sumber daya alam, dan infrastruktur publik.
Dalam konteks ini, dukungannya terhadap langkah Prabowo dalam pemberantasan mafia migas menunjukkan bahwa Dr. Iswadi melihat aspek kepemimpinan moral sebagai bagian integral dari strategi ekonomi.
Dr. Iswadi juga menyoroti bahwa tantangan global seperti fluktuasi harga komoditas, tekanan inflasi, gejolak ekonomi dunia, dan persaingan di era digital harus dijawab dengan kebijakan yang adaptif. Oleh sebab itu, strategi rahasia yang dia ungkapkan bukanlah formula tunggal, melainkan kombinasi elemen elemen: pemberdayaan komunal, transformasi teknologi, kepemimpinan berintegritas, serta fleksibilitas kebijakan makro. Semua elemen itu harus dijalankan secara simultan dan saling mendukung.
Pernyataan Dr. Iswadi ini memunculkan dua reaksi penting. Pertama, mendukung bahwa target 5,5 % bukan sekadar retorika, melainkan bisa diraih jika senjata rahasia tersebut dijalankan dengan disiplin dan konsistensi. Kedua, kritik skeptis bahwa tantangan struktural Indonesia sangat besar, dan bila tak diantisipasi dengan baik, target tersebut bisa sulit dicapai.
Di tengah kritik publik terhadap gaya kepemimpinan Prabowo yang dianggap militeristik dalam beberapa kebijakan, misalnya program Makan Bergizi Gratis yang digagas secara sentralistik, ada kekhawatiran bahwa strategi bottom up mungkin kurang diperhatikan.Meski demikian, yang menarik dari Dr. Iswadi adalah upaya untuk memadukan optimisme pembangunan dengan catatan tanggung jawab. (red/rizal jibro).

Post a Comment