/> Pertanian Memiliki Peran Penting dalam Kehidupan Masyarakat Aceh

Pertanian Memiliki Peran Penting dalam Kehidupan Masyarakat Aceh



Oleh: Usman Cut Raja 

Aceh, newsataloen.com - Kehidupan masyarakat Aceh tidak bisa dilepaskan dari pertanian, khususnya persawahan yang menjadi sumber penghidupan utama sejak dahulu kala. Seiring dengan itu, lahirlah berbagai tradisi yang berhubungan dengan sawah, salah satunya adalah Kenduri Blang, sebuah upacara adat yang digelar di area persawahan sebagai bentuk syukur sekaligus doa bersama agar hasil panen melimpah dan terhindar dari segala mara bahaya.

Kenduri Blang biasanya dilaksanakan pada momen-momen penting dalam siklus pertanian. Ada yang mengadakannya sebelum musim tanam dimulai, sebagai permohonan keselamatan dan kelancaran dalam mengolah tanah.

Ada pula yang menggelarnya menjelang panen, sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang telah diberikan Allah SWT. Di beberapa daerah, kenduri juga dilakukan setelah panen selesai, menjadi puncak rasa syukur atas hasil bumi yang diperoleh.

Prosesi Kenduri Blang biasanya berlangsung di pematang sawah atau di bawah tenda sederhana yang didirikan di tengah hamparan padi. Para petani, pemilik sawah, dan masyarakat sekitar hadir membawa makanan untuk disantap bersama.

Doa dipimpin oleh seorang teungku atau tokoh agama, memohon perlindungan dari hama, banjir, kekeringan, serta hal-hal lain yang dapat merugikan pertanian. Doa juga dipanjatkan agar sawah membawa berkah bagi seluruh masyarakat.

Hidangan yang disajikan dalam Kenduri Blang bervariasi, namun umumnya berupa makanan tradisional khas Aceh, seperti nasi gurih, kari kambing, ayam tangkap, serta aneka kue. Semua makanan dikumpulkan dan dimakan bersama-sama di lokasi kenduri. Suasana kebersamaan ini memperlihatkan nilai gotong royong dan solidaritas yang menjadi ciri khas kehidupan masyarakat pedesaan Aceh.

Makna utama dari Kenduri Blang adalah hubungan erat antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Dengan menggelar kenduri di sawah, masyarakat menegaskan bahwa tanah bukan sekadar lahan produksi, tetapi juga bagian dari kehidupan yang harus dijaga dan dihormati. Tradisi ini sekaligus menjadi pengingat bahwa hasil pertanian bukan hanya jerih payah manusia, melainkan juga anugerah dari Allah SWT.

Selain bernilai religius, Kenduri Blang juga memiliki dimensi sosial yang penting. Acara ini mempertemukan warga desa dalam suasana penuh keakraban. Melalui kenduri, masyarakat mempererat hubungan, menyelesaikan persoalan bersama, serta menumbuhkan semangat kebersamaan dalam menjaga dan mengelola lahan pertanian. Tidak jarang, kenduri juga menjadi forum informal untuk membicarakan hal-hal terkait irigasi, pembagian kerja, atau jadwal tanam.

Budayawan Aceh menyebut Kenduri Blang sebagai salah satu tradisi agraris yang memperlihatkan kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam. Tradisi ini menjadi warisan budaya yang memadukan aspek spiritual, sosial, dan ekologis, sekaligus menegaskan bahwa masyarakat Aceh sejak lama memiliki kesadaran tentang pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam.

Meski modernisasi membawa banyak perubahan dalam sistem pertanian, tradisi Kenduri Blang masih tetap dijalankan, meskipun dengan bentuk yang lebih sederhana. Di beberapa desa, kenduri digelar dengan skala kecil dan sederhana, tetapi doa bersama dan semangat kebersamaan tetap diutamakan. Hal ini menunjukkan kemampuan masyarakat Aceh menjaga tradisi leluhur tanpa mengabaikan perkembangan zaman.

Bagi generasi muda, Kenduri Blang bukan hanya sebuah ritual adat, melainkan juga pelajaran berharga tentang nilai kebersamaan, syukur, dan kepedulian terhadap alam. Tradisi ini mengajarkan bahwa sawah bukan hanya tempat bercocok tanam, tetapi juga simbol kehidupan yang harus dijaga keberlanjutannya. ***

Post a Comment

Previous Post Next Post