Oleh : Teuku Saifuddin Alba
newsataloen.com - Setiap tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia bersuka cita merayakan hari kemerdekaan. Bendera Merah Putih dikibarkan, lagu-lagu perjuangan berkumandang, dan semangat nasionalisme terasa di setiap penjuru negeri. Namun, di balik gegap gempita itu, tersimpan sebuah sejarah panjang dan berdarah yang tak boleh dilupakan: Kemerdekaan Republik Indonesia bukanlah hadiah, melainkan hasil perjuangan yang panjang dan penuh pengorbanan.Indonesia adalah negeri kaya raya, terbentang dari Sabang sampai Merauke, penuh dengan kekayaan alam dan keragaman budaya. Kekayaan inilah yang menjadi magnet bagi para penjajah. Berabad-abad lamanya, bangsa asing datang silih berganti: Portugis, Spanyol, Belanda, hingga Jepang, mencoba menguasai tanah air ini demi kepentingan mereka sendiri. Mereka mengeksploitasi sumber daya, menindas rakyat, dan mematikan kebebasan bangsa ini.
Namun, bangsa Indonesia bukan bangsa lemah. Para pejuang kita bangkit melawan dengan segenap jiwa dan raga. Dari Diponegoro di tanah Jawa, Cut Nyak Dhien di Aceh, hingga Jenderal Sudirman dan Bung Karno—semuanya memperlihatkan satu hal: pantang mundur demi tanah air tercinta. Perjuangan mereka bukan sekadar dengan senjata, tapi juga dengan pena, diplomasi, dan semangat kebangsaan.
Pada akhirnya, pada 17 Agustus 1945, proklamasi kemerdekaan dikumandangkan. Dunia mencatat bahwa Indonesia menyatakan diri sebagai negara merdeka dan berdaulat. Tapi perjuangan belum selesai. Ancaman datang dalam berbagai bentuk: agresi militer, intervensi asing, hingga konflik internal. Namun bangsa ini tetap berdiri kokoh, karena akar perjuangannya kuat: semangat persatuan dan cinta tanah air.
Sebagai generasi penerus, kita tidak boleh hanya menjadi penikmat kemerdekaan. Kita punya tanggung jawab besar untuk menjaga dan mengisi kemerdekaan ini dengan karya nyata. Menghindari perpecahan, memberantas korupsi, menjunjung tinggi keadilan sosial, dan terus membangun negeri dari desa hingga kota. Jangan biarkan pengorbanan para pahlawan menjadi sia-sia.
Hari ini, di tengah tantangan zaman modern, semangat perjuangan itu harus terus hidup. Bukan lagi melawan penjajah bersenjata, tetapi melawan ketidakpedulian, kebodohan, dan ketidakadilan. Ingatlah selalu: Kemerdekaan adalah warisan, tapi mempertahankannya adalah kewajiban.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-80. Merdeka! ***

Post a Comment