/> Opini: Rusia Menyerang Ukraina, Ujian Polugri Indonesia (2)

Opini: Rusia Menyerang Ukraina, Ujian Polugri Indonesia (2)


Oleh : Prof Yuddy Chrisnandi
Guru Besar Ilmu Politik Universitas Nasional




Presiden ke 6 Ukraina Volodymyr Zelensky melakukan langkah yang lebih progresif dalam upaya mengembalikan Crimea dan menghentikan gerakan separatis di 
eastern ukraine sejak pelantikannya bulan mei 2019.

Ekskalasi ketegangan yang berujung pada serangan Russia kemarin baru berlangsung tiga bulan saja, sebelumnya suasana berjalan normal. Provokasi negara lain akan terjadinya perang dan retorika Presiden Ukraina yang terkesan menantang, menjadikan perang itu nyata terjadi.

Saat pertama kali tiba di Ibukota Kyiv, musim semi di bulan april 2017, saya berusaha mengenal budaya dan sosiologi masyarakat Ukraina, selain mencermati keadaan sosial ekonomi dan keamanan negara tersebut. 

Beberapa bulan kemudian, kami yang bertugas di KBRI Kyiv menyimpulkan bahwa status negara Zona kuning berbahaya bagi diplomat dan WNI yang ditetapkan Kemenlu RI agar dicabut, Ukraina aman , nyaman dan damai. Sepanjang lebih dari empat tahun melaksanakan tugas diplomatik di Ukraina, memberi kesan yang dalam akan masyarakatnya yang ramah, sederhana dan cinta damai.


Bahkan terhadap wilayah kedaulatannya yang di rampas pun, Ukraina tidak menggunakan  kekuatan bersenjata untuk merebutnya. Yang Ukraina lakukan di dalam wilayahnya di timur adalah menjaga agar gerakan separatis tidak masuk lebih jauh ke dalam wilayah ukraina yang telah disepakati dalam perjanjian Minks yang disepakti para pihak berkonflik termasuk Russia. Dalam kurun waktu 2017-2021.

Situasi keamanan dan stabilitas ekonomi dan politiknya cukup kondusif, tidak ada keraguan
dan kekhawatiran hidup di negara tersebut. Bahkan saat terjadi tragedy tabrakan kapal perang Russia vs Ukraina di teluk Kerch akhir tahun 2018, Presiden Petro Porosehnko memberlakukan State of Emergency atau keadaan darurat perang selama sebulan penuh, bukanlah hal yang menakutkan. 

Saya bersama para kepala perwakilan negara-negara sahabat lainnya beberapa kali mengunjungi wilayah perbatasan konflik, suasana yang biasa saja. Justru kekhawatiran akan meletusnya perang terjadi setelah dalam tiga bulan terakhir ini Amerika serikat dan NATO me-narasikan akan terjadinya perang Russia-Ukraina, tanpa kehadiran mereka di wilayah Ukraina menghadapi serangan Rusia saat ini. Indonesia dan masyarakat internasional, tentunya sangat menyayangkan tindakan Russia menyerang Ukraina yang damai. 

Apapun alasannya , perang harus dihentikan. Dunia yang damai adalah tujuan berhimpunnya Negara-negara dalam organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perang pasti selalu membawa derita bagi semua pihak. Dunia tidak menghendaki lagi terjadinya peperangan dengan alasan apapun. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan setiap sengketa melalui jalan diplomasi yang damai. 

Serangan yang baru dua hari berlangsung sudah menimbulkan dampak ekonomi dunia, harga minyak dan gas bumi sebagai sumber energi melejit. Transportasi Udara dan laut di kawasan tersebut terhenti.

 Hubungan Diplomatik antar negara terganggu. Sanksi yang dijatuhkan AS terhadap Russia berdampak luas. Jika berlarut, Dunia merasakan dampaknya dalam waktu dekat. Kini masyarakat ukraina pada umumnya dan WNI kita yang tinggal disana dalam keadaan hawatir akan keadaan yang lebih buruk di hari mendatang. 

Antrian pengisian BBM sudah memanjang, supermarket sudah mulai diserbu pembeli bahan kebutuhan pokok, gerai-gerai pengambilan mesin uang dipenuhi antrian. Amerika Serikat sudah memulangkan semua warganya dari wilayah Ukraina, diikuti negara�negara lain. KBRI di Kyiv mulai mengevakuasi seratusan WNI ke gedung KBRI yang relatif lebih aman sebagai tempat perlindungan. 

Beberapa kota besar di Ukraina, seperti Odessa, Kharkiv, Chernihiv, Kyiv Oblast dan lainya sudah dihujani tembakan misile Russia . Ratusan ribu penduduk Ukraina mulai bergerak ke perbatasan polandia untuk mencari tempat yang aman, sebagian lainnya berlindung di stasiun-stasiun kereta api bawah tanah jika mendengar sirine peringatan.


Presiden Ukraina, Zelensky sudah menyerukan rakyatnya untuk maju membela mempertahankan Negaranya. Serangan Russia terhadap Ukraina , sesungguhnya adalah serangan untuk Russia sendiri.Negara� negara dunia akan memberi sanksi yang berat kepada Russia atas keputusan Presidennya menyerang Ukraina tanpa landasan objektif.

Ditengah keraguan Ukraina yang merasa sendirian membela dirinya menghadapi kekuatan militer 
Russia yang digdaya dan Arogansi Russia yang tidak menghormati hukum internasional , Indonesia 
sebagai negara netral yang bersahabat dengan keduanya memiliki momentum menjadi penengah. (Bersambung). 

Post a Comment

أحدث أقدم