/> Opini: Dr. Iswadi Dukung Peran Ahli Gizi di Dapur MBG Tak Bisa Digantikan!

Opini: Dr. Iswadi Dukung Peran Ahli Gizi di Dapur MBG Tak Bisa Digantikan!

 


Jakarta, newsataloen.com - Dalam dunia pengelolaan makanan modern, kualitas dan keamanan pangan bukan lagi sekadar kebutuhan, melainkan standar mutlak. Hal inilah yang terus ditekankan oleh Dr. Iswadi, salah satu figur yang sejak awal aktif mendukung penerapan standar tinggi di Dapur MBG. Dalam beberapa kesempatan, ia menegaskan bahwa keberadaan ahli gizi bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi merupakan fondasi utama dalam memastikan seluruh aktivitas produksi makanan berjalan sesuai prinsip kesehatan, keamanan, dan nilai gizi yang tepat.

Menurut Dr. Iswadi, dapur profesional seperti MBG bukan sekadar tempat memasak. Ia menggambarkannya sebagai laboratorium gizi yang bertanggung jawab terhadap kesehatan banyak individu. Setiap menu yang keluar dari dapur tersebut membawa pesan, membawa tanggung jawab, dan membawa dampak bagi siapa pun yang mengonsumsinya. Oleh sebab itu, posisi ahli gizi harus tetap menjadi unsur yang wajib dan tidak bisa digantikan hanya oleh pengalaman panjang atau keterampilan memasak semata.

Ia menjelaskan bahwa ahli gizi memiliki kompetensi ilmiah yang tidak dimiliki semua orang. Mereka memahami struktur zat gizi, interaksi makanan, kebutuhan kalori, hingga bagaimana pengolahan dapat memengaruhi nilai gizi dari bahan pangan. Satu teknik memasak yang salah saja bisa mengurangi manfaat makanan hingga setengahnya, ujarnya. Karena itu, ahli gizi berperan memastikan setiap tahap pengolahan dari persiapan bahan, teknik memasak, hingga penyajian tetap berada dalam koridor kesehatan.

Selain itu, Dr. Iswadi menyoroti bahwa dapur besar seperti MBG tidak hanya berfokus pada rasa, tetapi juga harus memperhatikan aspek higienitas, keamanan pangan, dan kebutuhan gizi yang seimbang. Dalam sistem produksi makanan yang melibatkan banyak orang serta alur kerja cepat, kehadiran ahli gizi bukan hanya soal perhitungan nutrisi, melainkan juga pengawasan sistem agar berjalan sesuai standar nasional maupun internasional. Ahli gizi membantu menyusun SOP, memantau penerapan HACCP, hingga memastikan setiap menu cocok dengan kebutuhan konsumen.

Dalam pandangannya, ahli gizi adalah jembatan antara ilmu pengetahuan dan praktik kuliner. Mereka bukan pesaing chef, melainkan mitra strategis yang bekerja untuk tujuan yang sama: memberikan makanan terbaik bagi pelanggan. Sinergi antara chef dan ahli gizi disebutnya sebagai kombinasi sempurna untuk menciptakan makanan yang tidak hanya lezat, tetapi juga sehat dan aman.

Lebih jauh, Dr. Iswadi menekankan bahwa di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pola makan sehat, kehadiran ahli gizi justru semakin vital. Konsumen kini lebih kritis, lebih selektif, dan lebih peduli terhadap apa yang mereka konsumsi. Dengan adanya ahli gizi di dapur, MBG dapat memberikan jaminan bahwa menu-menu yang dihasilkan bukan sekadar memenuhi selera, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan yang nyata.

Ia juga menambahkan bahwa ahli gizi memiliki peran edukatif baik kepada internal karyawan maupun kepada konsumen. Ketika karyawan dapur paham alasan di balik setiap aturan pengolahan makanan, kualitas akhirnya akan meningkat. Mereka tidak hanya bekerja mengikuti instruksi, tetapi juga memahami prinsipnya, sehingga dapat menjaga standar tinggi secara konsisten.

Pada akhirnya, Dr. Iswadi menutup pernyataannya dengan tegas: Teknologi bisa membantu, pengalaman bisa mengasah, namun ilmu gizi hanya bisa dijaga oleh mereka yang memang ahli di bidangnya. Peran ahli gizi bukan sekadar penting melainkan tak tergantikan.

Dengan dukungan kuat ini, MBG menunjukkan komitmen bahwa dapur mereka tidak hanya menghasilkan makanan, tetapi juga menghadirkan kesehatan, keamanan, dan kepercayaan bagi setiap konsumennya. (red/rizal jibro).

Post a Comment

أحدث أقدم