/> Minim Bantuan dan Jeratan Pola Patron-Klien, Petani-Nelayan Aceh Utara Hadapi Kemiskinan Akut

Minim Bantuan dan Jeratan Pola Patron-Klien, Petani-Nelayan Aceh Utara Hadapi Kemiskinan Akut


Aceh  Utara, newsataloen.com – Kalangan petani dan nelayan di Aceh Utara dilaporkan masih hidup dalam kondisi memprihatinkan, minim tersentuh bantuan pemerintah daerah. Situasi ini diungkapkan oleh mantan Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Aceh Utara,"Zulhelmi Yunus mantan Ketua KTNA Aceh Utara kepada media ini belum lama ini.

Menurut Zulhelmi, bantuan yang dibutuhkan para petani dan nelayan sebenarnya bersifat dasar, seperti bibit tanaman, pupuk, jaring, dan bibit ikan, yang krusial untuk menunjang kelancaran usaha mereka. Keterbatasan modal dan pengetahuan menjadi penghalang utama bagi mereka untuk berkembang secara mandiri.

"Jangankan untuk membeli sarana produksi, untuk makan sehari-hari saja mereka susah," ujar Zulhelmi, seraya berharap  Gubernur Aceh dapat memberikan perhatian lebih serius terhadap nasib warganya di sektor pertanian dan perikanan.

Zulhelmi menyoroti kondisi kemiskinan yang melilit masyarakat nelayan di pesisir Aceh Utara. Ia prihatin melihat masih banyaknya rumah tidak layak huni yang menghiasi pemukiman mereka. Pertanyaan mendasar "Mengapa banyak nelayan di Aceh Utara masih miskin?" menjadi refleksi yang membutuhkan solusi konkret.

Menurut Helmi, penyebab utama kemiskinan yang berlangsung turun-temurun di kalangan nelayan adalah kuatnya cengkeraman pola patron-klien atau hubungan antara nelayan dengan majikan (yang sering disebut "mugee" atau tauke).

Pola ini sulit dihilangkan karena para "mugee" menjadi satu-satunya tumpuan harapan saat nelayan membutuhkan modal untuk melaut, seperti solar, perbekalan, es pengawet ikan, hingga kebutuhan keluarga di rumah. Ketergantungan ini membuat nelayan sulit meningkatkan taraf hidup mereka dan keluar dari lingkaran kemiskinan.

Selain jeratan utang, Zulhelmi mengidentifikasi masalah lain, yaitu minimnya kepemilikan lahan. Sebagian besar nelayan di pesisir Aceh Utara hanya memiliki tanah secukupnya untuk tempat tinggal.

Faktor kualitas sumber daya manusia (SDM) juga berperan besar. Tingkat pendidikan yang rendah di kalangan nelayan menyebabkan kemiskinan semakin melekat pada komunitas tersebut, sementara regulasi dan bantuan pemerintah yang ada dirasa belum optimal menyentuh akar persoalan.

Zulhelmi menekankan perlunya kepedulian dari berbagai pihak—pemerintah, akademisi, LSM, dan masyarakat sipil—untuk bersama-sama mencari solusi. Diperlukan sebuah wadah atau sarana efektif untuk memfasilitasi dan mengatasi kendala yang dihadapi nelayan, demi mengangkat derajat hidup mereka dari keterpurukan ekonomi. (Ucr)

Post a Comment

أحدث أقدم