/> Kriteria Guru Ideal Versi Dr. Iswadi, M.Pd

Kriteria Guru Ideal Versi Dr. Iswadi, M.Pd

 


Jakarta, newsataloen.com - Dalam pandangan Dr. Iswadi, M.Pd, guru bukan sekadar profesi yang dijalani untuk mencari nafkah, melainkan sebuah panggilan jiwa dan tanggung jawab moral yang luhur. Guru adalah sosok sentral dalam proses peradaban bangsa; di tangan merekalah masa depan anak-anak dibentuk, nilai nilai ditanamkan, dan arah bangsa ditentukan.

Oleh karena itu, guru ideal bagi Dr. Iswadi bukan hanya mereka yang cakap mengajar, tetapi juga yang memiliki integritas, visi kemanusiaan, dan komitmen terhadap perubahan sosial.

Guru ideal pertama tama harus menjadi  teladan dalam karakter dan integritas. Dalam setiap gerak dan kata, guru adalah contoh hidup bagi peserta didiknya. Kejujuran, disiplin, tanggung jawab, empati, serta kesederhanaan menjadi nilai yang mesti tampak dalam diri seorang guru. 

Dr. Iswadi, kepada newsataloen-com- Bireuen di Jakarta, Sabtu malam (01/11) di Jakarta, menegaskan bahwa pendidikan karakter tidak akan berhasil jika tidak dimulai dari sosok guru itu sendiri. Anak anak belajar bukan hanya dari apa yang mereka dengar, tetapi dari apa yang mereka lihat. Karena itu, guru ideal bukan sekadar pengajar pengetahuan, melainkan juga pembawa keteladanan moral.

Selanjutnya, guru ideal menurut Dr. Iswadi adalah mereka yang menjalani profesinya sebagai panggilan hati, bukan sekadar pekerjaan rutin Mengajar bukan sekadar tugas administratif, melainkan sebuah misi kemanusiaan. Guru dipandang sebagai agen perubahan  (agent of change) yang memiliki tanggung jawab untuk membangun manusia seutuhnya. 

Dalam pandangan beliau, seorang guru yang bekerja hanya untuk menggugurkan kewajiban tidak akan mampu menyentuh nurani muridnya. Sebaliknya, guru yang bekerja dengan cinta dan dedikasi akan menyalakan semangat belajar, sekalipun dengan keterbatasan fasilitas.

Dr. Iswadi juga menekankan pentingnya kompetensi pedagogik, profesional, dan digital. Di era globalisasi dan kemajuan teknologi, guru tidak boleh terjebak pada metode tradisional semata. Mereka harus menguasai strategi pembelajaran yang kreatif, memahami karakteristik peserta didik, serta mampu menggunakan teknologi digital sebagai media pembelajaran. 

Guru yang ideal adalah pembelajar sepanjang hayat  sosok yang tidak berhenti memperbarui diri dan terus mengembangkan wawasan agar selalu relevan dengan perubahan zaman. Menurut Dr. Iswadi, peningkatan kompetensi guru merupakan investasi terbesar dalam membangun mutu pendidikan bangsa.

Namun, kehebatan akademik tidaklah cukup. Guru ideal, kata Dr. Iswadi, juga harus memiliki kepekaan terhadap pembentukan karakter siswa. Pendidikan yang hanya menekankan aspek kognitif akan menghasilkan generasi yang pandai tetapi kering nilai. Oleh karena itu, guru dituntut mampu menyeimbangkan antara pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Guru harus membimbing siswa menjadi manusia berkarakter kuat, berempati, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Dalam konteks ini, guru berperan sebagai pembimbing jiwa, bukan sekadar pengisi kepala dengan teori.

Selain itu, Dr. Iswadi menyoroti pentingnya kemampuan guru dalam menjangkau konteks lokal tanpa kehilangan wawasan global. Indonesia adalah negara dengan keragaman sosial, budaya, dan geografis yang sangat luas. Guru ideal harus memahami kondisi lokal tempat mereka mengajar  baik itu di daerah perkotaan maupun pelosok terpencil agar proses pendidikan menjadi relevan dan bermakna bagi peserta didik. 

Namun, guru juga harus mampu membuka cakrawala siswa terhadap tantangan dan peluang global. Dengan demikian, siswa tumbuh menjadi pribadi yang berakar pada nilai lokal tetapi mampu bersaing di tingkat dunia.

Dalam pandangan Dr. Iswadi, keberadaan guru ideal tidak akan terwujud tanpa sistem pendidikan yang memberdayakan dan menghargai guru. Ia sering mengingatkan bahwa guru tidak bisa diminta ideal jika negara tidak memberikan penghargaan yang layak. Kualitas pendidikan tidak akan meningkat jika guru terus dibiarkan bergulat dengan kesenjangan fasilitas, ketidakpastian status, dan rendahnya kesejahteraan. (rizal jibro)

Post a Comment

Previous Post Next Post