/> Dari Ruang Kelas ke Masa Depan Bangsa: Visi Dr. Iswadi untuk Pendidikan Adil Indonesia Emas

Dari Ruang Kelas ke Masa Depan Bangsa: Visi Dr. Iswadi untuk Pendidikan Adil Indonesia Emas

 

Dr.Iswadi

Jakarta, newsataloen.com - Menuju Indonesia Emas, bangsa ini memerlukan fondasi yang kuat dan fondasi itu dimulai dari ruang kelas. Bagi Dr. Iswadi, ruang kelas bukan hanya tempat anak belajar membaca atau berhitung, melainkan tempat masa depan sebuah bangsa dibentuk. Ia meyakini bahwa Indonesia tidak akan mencapai cita cita besarnya tanpa pendidikan yang adil dan memerdekakan  bagi seluruh anak.

Dalam pandangan Dr. Iswadi, pendidikan yang adil berarti setiap anak, tanpa memandang asal usul atau kondisi ekonomi, memiliki kesempatan belajar yang sama. Anak di kota besar dan anak di desa terpencil seharusnya menerima kualitas pendidikan yang setara. Namun keadilan saja belum cukup. Pendidikan harus membebaskan menumbuhkan keberanian bertanya, menjelajah, berpendapat, dan bermimpi. Ia menolak konsep pendidikan yang hanya mengejar nilai dan hafalan, karena hal itu justru membelenggu potensi anak.

Menurut Dr. Iswadi, tujuan utama pendidikan adalah memanusiakan manusia. Anak anak bukan robot akademik, tetapi individu dengan kemampuan, minat, dan impian yang berbeda. Ruang kelas harus menjadi tempat di mana mereka mengenali jati diri, mengembangkan empati, dan belajar tentang dunia dengan cara yang bermakna. Generasi Indonesia Emas harus tumbuh sebagai pribadi yang kreatif, kritis, dan berkarakter.

Untuk mewujudkan pendidikan adil, Dr. Iswadi menawarkan tiga pilar transformasi : guru, kurikulum, dan ekosistem belajar.

Pertama, peran guru. Guru bukan sekadar penyampai materi, tetapi fasilitator yang membimbing anak menemukan potensi diri. Dr. Iswadi menekankan bahwa guru harus mendengarkan lebih banyak daripada berbicara. Ia mendorong metode pembelajaran yang dialogis, aktif, dan sesuai dengan kebutuhan setiap anak.

Kedua, pembaruan kurikulum. Kurikulum harus hidup dan relevan dengan perkembangan zaman. Anak anak perlu dibekali keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kolaborasi, kreativitas, dan literasi digital. Namun mereka juga harus tetap mengenal budaya dan identitas bangsanya. Kurikulum ideal, menurut Dr. Iswadi, adalah yang membuka ruang untuk eksplorasi, bukan membatasi pikiran.

Ketiga, ekosistem belajar yang kolaboratif. Pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah. Rumah, masyarakat, komunitas, dan lingkungan sekitar harus menjadi bagian dari proses belajar. Dr. Iswadi mengajak seluruh elemen bangsa melihat pendidikan sebagai investasi masa depan, bukan beban. Lingkungan belajar harus memupuk rasa ingin tahu dan keberanian anak.

Selain itu, Dr. Iswadi menyoroti pentingnya mengatasi ketimpangan pendidikan. Banyak anak masih belajar dalam keterbatasan fasilitas dan tenaga pengajar. Ia percaya bahwa Indonesia tidak akan benar benar maju jika ketimpangan ini terus dibiarkan. Pemerataan akses pendidikan, pelatihan guru, dan penguatan sekolah di daerah tertinggal menjadi agenda mendesak.

Bagi Dr. Iswadi, pendidikan yang adil bukan hanya soal sarana, tetapi juga soal penghargaan terhadap suara anak. Ruang kelas yang demokratis melahirkan pemimpin masa depan pemimpin yang mampu berpikir, berdialog, dan menghargai perbedaan.

Akhirnya, visi Dr. Iswadi mengingatkan kita bahwa perubahan besar bangsa dimulai dari tempat yang sederhana: ruang kelas. Di sanalah mimpi anak anak bertunas dan masa depan Indonesia dibentuk. Jika pendidikan mampu menjadi adil dan membebaskan, maka Indonesia Emas bukan lagi sekadar harapan, melainkan masa depan yang pasti terwujud. (red).

Post a Comment

أحدث أقدم