![]() |
| Dr.Iswadi,M.Pd |
Jakarta, newsataloen.com - Bagi Dr. Iswadi, M.Pd., pendidikan yang membebaskan bukan sekadar slogan, melainkan tujuan mendasar yang harus menjadi napas dari setiap proses pembelajaran. Ia meyakini bahwa pendidikan tidak boleh berhenti pada rutinitas transfer pengetahuan atau sekadar mengukur keberhasilan siswa melalui angka dan ujian.
Pendidikan, menurutnya, adalah ruang untuk memanusiakan manusia membuka cakrawala berpikir, menumbuhkan keberanian untuk bertanya, serta membentuk generasi yang mampu menentukan arah hidupnya sendiri. Karena itulah Dr. Iswadi berkomitmen memperjuangkan pendidikan yang membebaskan, sebuah konsep yang ia pandang sebagai solusi atas berbagai persoalan pendidikan yang selama ini menghambat potensi peserta didik.
Salah satu alasan mendasar yang mendorong Dr. Iswadi adalah keyakinannya bahwa setiap anak memiliki keunikan dan potensi yang berbeda. Sistem pendidikan yang seragam dan kaku, menurutnya, sering memaksa siswa mengikuti pola yang tidak selalu sesuai dengan karakter diri mereka. Akibatnya, bakat alami banyak peserta didik tertutup atau bahkan tidak sempat berkembang.
Bagi Dr. Iswadi, pendidikan yang membebaskan berarti memberikan ruang bagi peserta didik untuk tumbuh sesuai ritme, minat, dan karakter masing-masing. Guru, dalam pandangannya, bukan hanya seorang pengajar, melainkan fasilitator yang membantu siswa menemukan jati diri serta gaya belajar yang paling tepat bagi mereka. Ia kerap menegaskan bahwa “anak bukan bejana kosong yang harus diisi, melainkan benih yang harus ditumbuhkan.”
Tidak hanya itu, Dr. Iswadi memandang bahwa pembelajaran yang membebaskan sangat diperlukan agar siswa dapat berpikir kritis. Di tengah dunia yang terus berubah dengan cepat, kemampuan menghafal jelas tidak lagi memadai. Peserta didik harus mampu memahami, menganalisis, dan mempertanyakan informasi yang mereka terima.
Pendidikan idealnya mendorong siswa untuk aktif, bukan pasif. Karena itu, ia menolak pendekatan pembelajaran yang terlalu berpusat pada guru (teacher-centered learning) tanpa memberi ruang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan bernalar. Menurutnya, pendidikan yang membebaskan tidak hanya menghasilkan siswa yang cerdas secara akademis, tetapi juga individu yang berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas pilihannya.
Lebih jauh, Dr. Iswadi menekankan pentingnya pendidikan yang humanis. Ia percaya bahwa proses pendidikan tidak seharusnya berdiri di atas rasa takut, hukuman, atau tekanan berlebihan. Lingkungan belajar yang menyenangkan, aman, dan menghargai martabat siswa merupakan fondasi bagi lahirnya generasi yang percaya diri dan berintegritas.
Pendidikan, baginya, harus mengajarkan nilai empati, kolaborasi, dan sikap saling menghargai, karena dunia membutuhkan manusia yang bukan hanya cakap secara kognitif, tetapi juga matang secara emosional.Tidak kalah penting, Dr. Iswadi memandang pendidikan membebaskan sebagai jalan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil.
Ketika siswa diberi kesempatan untuk berpikir mandiri dan memahami realitas sosial di sekitarnya, mereka akan tumbuh menjadi warga yang kritis, peduli, dan siap berkontribusi bagi perubahan. Pendidikan, menurutnya, adalah alat membangun kesadaran, bukan sekadar menaikkan angka statistik.
Pada akhirnya, perjuangan Dr. Iswadi berakar pada satu keyakinan sederhana: setiap manusia berhak meraih kesempatan terbaik dalam hidupnya. Dan pendidikan yang membebaskan adalah jembatan menuju masa depan yang lebih cerah, lebih manusiawi, dan lebih bermakna.(red/rizal jibro).

إرسال تعليق