/> 80 Tahun Indonesia Merdeka, Rakyat Masih Terpuruk dalam Jerat Ekonomi

80 Tahun Indonesia Merdeka, Rakyat Masih Terpuruk dalam Jerat Ekonomi

 


Oleh : Tgk.Subki Muhammad Bintang

Delapan puluh tahun sudah bangsa ini merdeka. Dari Sabang sampai Merauke, bendera merah putih berkibar dengan gagah, menandakan kedaulatan bangsa yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata para pahlawan. Namun di balik kemegahan peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan, ada kenyataan pahit yang masih dirasakan oleh sebagian besar rakyat: ekonomi yang semakin terpuruk.

Apakah arti kemerdekaan jika rakyat masih kesulitan membeli beras untuk makan sehari-hari? Apa makna kedaulatan jika anak-anak bangsa masih harus putus sekolah karena orang tuanya tak mampu membayar biaya pendidikan?

Kemerdekaan Politik Belum Beriringan dengan Kemerdekaan Ekonomi

Indonesia memang sudah merdeka secara politik sejak 1945, tetapi kemerdekaan ekonomi masih jauh dari harapan. Rakyat kecil, terutama petani, nelayan, dan pedagang kecil, seakan tidak pernah menikmati manisnya hasil pembangunan. Lahan pertanian semakin sempit, harga pupuk mahal, hasil panen tak sebanding dengan ongkos produksi. Nelayan harus melaut dengan peralatan seadanya, sementara harga ikan di pasar ditentukan tengkulak.

Di kota-kota besar, para pedagang kecil harus bersaing dengan ritel modern dan produk impor. Akibatnya, mereka semakin terpinggirkan. Ironisnya, mereka yang justru menjadi tulang punggung ekonomi bangsa malah hidup dalam kesusahan.

Ketimpangan yang Kian Menganga

Data menunjukkan bahwa kekayaan bangsa ini masih menumpuk pada segelintir orang. Sementara itu, jutaan rakyat hidup dalam garis kemiskinan, bahkan banyak yang tidak tercatat dalam sistem jaminan sosial negara. Di desa-desa, banyak rumah reyot yang tak layak huni. Di perkotaan, banyak keluarga tinggal di gubuk sempit di bantaran sungai.

Seakan-akan, kemerdekaan hanya milik mereka yang duduk di kursi empuk kekuasaan, sementara rakyat jelata hanya bisa merayakan dengan ucapan syukur yang hambar, tanpa ada perubahan berarti dalam kehidupan mereka.

Kemerdekaan Harus Dirasakan Semua

Delapan puluh tahun merdeka seharusnya menjadi momentum refleksi. Pemerintah tidak cukup hanya dengan pidato panjang penuh retorika setiap 17 Agustus. Yang rakyat butuhkan adalah kebijakan nyata: harga bahan pokok yang stabil, lapangan kerja yang terbuka, akses kesehatan dan pendidikan yang murah, serta keberpihakan kepada ekonomi rakyat.

Kemerdekaan sejati adalah ketika setiap warga negara bisa hidup layak, tanpa dihantui rasa lapar. Kemerdekaan sejati adalah ketika rakyat kecil berdaulat di tanahnya sendiri, tanpa dikuasai oleh korporasi besar.

Pesan untuk Pemimpin Bangsa

Wahai para pemimpin bangsa, ingatlah bahwa kursi yang kalian duduki adalah amanah rakyat. Janganlah sibuk memperkaya diri atau memperkuat kelompok politik, sementara rakyat yang kalian pimpin semakin sengsara. Lihatlah wajah-wajah buruh yang lelah bekerja namun upahnya tak sebanding. 

Dengarlah suara petani yang menangis karena hasil panennya tak dihargai.  Rasakan jerit para ibu yang kebingungan mencari uang demi menyekolahkan anaknya. Kemerdekaan bukan sekadar bebas dari penjajahan asing, tetapi juga bebas dari penindasan di negeri sendiri.

Penutup

Indonesia sudah 80 tahun merdeka. Jangan biarkan kemerdekaan ini hanya jadi simbol yang dirayakan setahun sekali dengan upacara dan lomba rakyat. Merdeka harus nyata, terasa dalam perut yang kenyang, hati yang tenang, dan hidup yang sejahtera. Jika tidak, maka perjuangan para pahlawan seakan hanya jadi kisah masa lalu tanpa makna bagi generasi hari ini. ***

Post a Comment

أحدث أقدم