![]() |
Dr.Iswadi,M.Pd |
Jakarta, newsataloen.com - Pendidikan sejatinya merupakan alat utama dalam membentuk manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh dalam menghadapi tantangan zaman. Di tengah derasnya arus disrupsi teknologi, transformasi digital, serta perubahan lanskap dunia kerja yang sangat dinamis, sistem pendidikan Indonesia khususnya kurikulumnya perlu melakukan penyesuaian serius agar tetap relevan dan adaptif terhadap kebutuhan dunia kerja masa kini dan masa depan.
Salah satu persoalan yang tidak dapat diabaikan adalah masih adanya kesenjangan antara lulusan pendidikan formal dengan kebutuhan riil industri dan dunia kerja. Banyak lulusan yang memiliki ijazah, tetapi belum memiliki kompetensi yang dibutuhkan pasar. Hal ini bukan karena kurangnya semangat belajar peserta didik, melainkan lebih disebabkan oleh sistem pembelajaran yang belum sepenuhnya sejalan dengan dinamika dan kebutuhan dunia kerja.
Maka dari itu, penyesuaian kurikulum menjadi sangat penting dan mendesak. Ini adalah langkah strategis untuk menjembatani dunia pendidikan dan dunia industri. Penyesuaian kurikulum bukan berarti menanggalkan nilai-nilai dasar pendidikan atau mengesampingkan aspek akademik. Sebaliknya, tujuan utamanya adalah memperkuat konektivitas antara teori dan praktik, antara ilmu pengetahuan dan keterampilan aplikatif.
Dunia kerja saat ini tidak hanya menuntut kemampuan kognitif, tetapi juga mengedepankan soft skills seperti kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, serta literasi digital dan teknologi.
Kurikulum yang ideal adalah kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Artinya, lembaga pendidikan tidak hanya fokus pada penyampaian materi, tetapi juga memastikan peserta didik menguasai keterampilan yang relevan dan dibutuhkan di dunia nyata. Untuk itu, perlu adanya kolaborasi yang sinergis antara institusi pendidikan, dunia usaha, dan pemerintah dalam menyusun serta mengimplementasikan kurikulum yang kontekstual.
Penguatan pendekatan project-based learning dan pembelajaran kontekstual sangat penting agar peserta didik terbiasa menyelesaikan masalah nyata. Mereka perlu diberikan ruang untuk bereksplorasi, berinovasi, dan bahkan belajar tentang kewirausahaan sejak dini. Pendidikan tidak boleh hanya menjadi “pabrik” pencetak pencari kerja, tetapi harus mencetak generasi pencipta lapangan kerja yang mandiri dan kreatif.
Peran guru juga perlu mengalami transformasi. Guru bukan lagi sekadar penyampai informasi, melainkan fasilitator dan motivator dalam proses belajar. Oleh karena itu, guru harus mendapatkan pelatihan yang berkelanjutan agar mampu mengikuti perkembangan industri dan tren global. Selain itu, sarana dan prasarana pendidikan harus ditingkatkan guna mendukung terciptanya pengalaman belajar yang nyata dan relevan.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan telah mulai melangkah ke arah ini, antara lain melalui Kurikulum Merdeka dan Pembelajaran Mendalam. Kurikulum ini memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik peserta didik dan konteks lingkungan sekitar. Namun, implementasinya tetap memerlukan pendampingan, evaluasi, serta penguatan kapasitas tenaga pendidik agar dapat berjalan efektif dan berkelanjutan.
Dunia kerja saat ini sangat fleksibel. Seseorang dapat bekerja lintas bidang, bahkan menciptakan pekerjaan baru yang belum pernah ada sebelumnya. Oleh karena itu, kemampuan untuk terus belajar (lifelong learning) dan beradaptasi harus menjadi bagian integral dalam kurikulum pendidikan. Sekolah dan perguruan tinggi harus menanamkan semangat belajar sepanjang hayat agar lulusan siap menghadapi perubahan dan tantangan global.
Penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja bukan hanya agenda kebijakan pendidikan, tetapi juga merupakan tanggung jawab moral. Kita memiliki kewajiban untuk mempersiapkan generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga kompeten dan percaya diri dalam bersaing di tingkat global. ***
Penulis: Dr. Iswadi, M.Pd. Dosen Universitas Esa Unggul
Peran guru juga perlu mengalami transformasi. Guru bukan lagi sekadar penyampai informasi, melainkan fasilitator dan motivator dalam proses belajar. Oleh karena itu, guru harus mendapatkan pelatihan yang berkelanjutan agar mampu mengikuti perkembangan industri dan tren global. Selain itu, sarana dan prasarana pendidikan harus ditingkatkan guna mendukung terciptanya pengalaman belajar yang nyata dan relevan.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan telah mulai melangkah ke arah ini, antara lain melalui Kurikulum Merdeka dan Pembelajaran Mendalam. Kurikulum ini memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik peserta didik dan konteks lingkungan sekitar. Namun, implementasinya tetap memerlukan pendampingan, evaluasi, serta penguatan kapasitas tenaga pendidik agar dapat berjalan efektif dan berkelanjutan.
Dunia kerja saat ini sangat fleksibel. Seseorang dapat bekerja lintas bidang, bahkan menciptakan pekerjaan baru yang belum pernah ada sebelumnya. Oleh karena itu, kemampuan untuk terus belajar (lifelong learning) dan beradaptasi harus menjadi bagian integral dalam kurikulum pendidikan. Sekolah dan perguruan tinggi harus menanamkan semangat belajar sepanjang hayat agar lulusan siap menghadapi perubahan dan tantangan global.
Penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja bukan hanya agenda kebijakan pendidikan, tetapi juga merupakan tanggung jawab moral. Kita memiliki kewajiban untuk mempersiapkan generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga kompeten dan percaya diri dalam bersaing di tingkat global. ***
Penulis: Dr. Iswadi, M.Pd. Dosen Universitas Esa Unggul
Post a Comment