![]() |
Dr.Iswadu,M.Pd |
Jakarta, newsataloen.com - Pada bulan April 2025, Harvard University menjadi sorotan dunia setelah menolak tuntutan dari pemerintahan Presiden Donald Trump yang dianggap melanggar kebebasan akademik dan konstitusi.
Tuntutan tersebut mencakup penghentian program keberagaman, pengawasan ideologi di kampus, dan pelaporan pelanggaran oleh mahasiswa internasional. Sebagai respons, pemerintah AS membekukan lebih dari $2,2 miliar dana hibah dan mengancam mencabut status bebas pajak universitas tersebut.
Dalam konteks ini, Dr. Iswadi, M.Pd., seorang akademisi Indonesia yang aktif dalam pendidikan dan politik, memberikan pandangannya. Menurutnya, langkah Harvard adalah contoh penting dari pembelaan terhadap kebebasan akademik dan otonomi institusi pendidikan.
Ia menilai bahwa meskipun ancaman pemotongan dana merupakan tekanan besar, keputusan Harvard menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia.
Dr. Iswadi juga menyoroti bahwa tindakan pemerintah AS ini dapat menjadi preseden buruk bagi kebebasan akademik global. Ia mengingatkan bahwa intervensi politik dalam dunia pendidikan dapat menghambat perkembangan ilmu pengetahuan dan kreativitas.
Sebagai negara dengan populasi mahasiswa internasional terbesar, Indonesia perlu memperhatikan dinamika ini dan memastikan bahwa kebijakan pendidikan dalam negeri tetap mendukung kebebasan akademik.
Lebih lanjut, Dr. Iswadi mengajak para pendidik dan mahasiswa untuk lebih kritis terhadap kebijakan yang dapat mempengaruhi kebebasan berpikir dan berekspresi. Ia menekankan pentingnya solidaritas antar institusi pendidikan di seluruh dunia untuk menjaga nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia.
Dr. Iswadi mengatakan bahwa meskipun tantangan yang dihadapi Harvard besar, keputusan tersebut memberikan inspirasi bagi institusi pendidikan lainnya untuk tetap teguh pada prinsip kebebasan akademik dan otonomi institusi. Ia berharap bahwa kejadian ini dapat menjadi momentum bagi dunia pendidikan untuk lebih menghargai dan melindungi kebebasan akademik di masa depan. (red/rizal jibro).
Berita update lainnya di Google News
Post a Comment