kabar daerah
Banda Aceh, newsataloen.com -Tanggal 15 Agustus 2005 merupakan tonggak bersejarah bagi rakyat Aceh, karena pada tanggal tersebut dicapai kesepakatan damai antara Pemerintah RI
Rukun Dan Damai Bersenergi. Bagaimana Damai Kalau Tidak Rukun
Banda Aceh, newsataloen.com -Tanggal 15 Agustus 2005 merupakan tonggak bersejarah bagi rakyat Aceh, karena pada tanggal tersebut dicapai kesepakatan damai antara Pemerintah RI
dengan GAM setelah puluhan tahun berperang.
Dan pada 15 Agustus 2022 kemarin berarti sudah 17 tahun damai Aceh.yang setiap tahunnya diperingati sebagai mengenang betapa kondisi dan suasana saat perang
berkecamuk.
Dalam kurun waktu damai tersebut bagi rakyat Aceh tentu sudah merasakan betapa nikmatnya suasana damai. Tidak ada lagi rasa takut, was - was atau khawatir dalam bepergian.
Namun dalam kurun waktu suasana damai tersebut pula mungkin banyak diantara kita ikut menyaksikan berbagai didamika sosial dan politik yang tidak damai. Dapat dibaca, apakah semua yang terjadi belakangan
ini sebagai sinyal perdamaian yang belum sepenuhnya damai.atau memang sudah ciri khas diantara kita untuk sulit rukun.
ini sebagai sinyal perdamaian yang belum sepenuhnya damai.atau memang sudah ciri khas diantara kita untuk sulit rukun.
Salah seorang pemerhati Sosial, Agama dan Politik Tgk Lukman S.Sos dalam kontek Damai Aceh menyampaikan curahan pikiran yang juga ikut bertanya tanya diantaranya beliau mempertanyakan, misalnya, Kenapa kita mudah lupa, kalau yang namanya pertikaian, pertengkaran dan tidak rukun ujungnya rugi.
Menyedihkan memang, entah sudah nasib bagi Rakyat Aceh kalau pemimpinnya di era damai ini, mulai tingkat gampong hingga elit elit puncak di propinsi dalam kondisi tidak rukun. Kenapa kita belum juga sadar bila suasana gontokan akan sangat mudah dipolitisir menjadi muatan politik yang bertendensi konflik”. urai Tgk Lukman.
Mestinya perbedaan pemikiran dan persepsi politis, lanjutnya tidak muncul dalam ruang publik secara blablakan’. Apalagi kisarannya konflik hanya berputar pada kepentingan yang sama secara berulang-ulang. Ngerinya
lagi tidak rukun sudah tercover oleh media secara terbuka dimana antar pihak yang bertikai, seperti mempermainkan perdamaian.
Berulangnya konflik antar elit hari ini, akan memicu macetnya pembangunan. Damai menjadi mainan politik, semakin tinggi pemahaman damai secara politik, semakin tinggi pula peran mereka dalam ayunan do
da idi nanggroe menjadi suasana yang gamang.
da idi nanggroe menjadi suasana yang gamang.
Harusnya dalam dinamika roda pemerintahan yang telah berjalan selama ini, semua yang mengarah kepada ketidakstabilan politik dalam nanggroe sudah terkikis habis. Bahkan kebijakan Jakarta dengan terus bersahabat
disertai kucuran dana yang melimpah menjadi peluang bagi mempercepat kemakmuran nanggroe seperti yang.tertuang dalam UUPA.
disertai kucuran dana yang melimpah menjadi peluang bagi mempercepat kemakmuran nanggroe seperti yang.tertuang dalam UUPA.
Namun yang terjadi dan berkembang bukannya makmur dan tenteram yang
terbangun melainkan mengarah kepada tidak rukun.
terbangun melainkan mengarah kepada tidak rukun.
Disisi lain menurut Tgk Lukman dengan kucuran dana‘yang melimpah tersebut apa yang terlihat selain rakyat yang terus terhimpit kemiskian. Mestinya kita bijaksana dalam menyikapi berbagai persoalan yang sedang terjadi, dalam arti kita juga harus instospeksi, melakukan evaluasi atas kinerja kita selama ini.
Apakah karunia Allah SWT dalam menggapai perdamaian yang disertai guyuran dana yang melimpah telah benar benar kita jalankan menurut yang diamanahkan?. Apakah dana melimpah itu telah kita jadikan fondasi bagi kemakmuran Aceh, apakah tata kelola dana sudah tepat guna untuk rakyat di semua lini baik kota maupun gampong?.
Semua pertanyaan pertayaan tersebut lanjutnya mungkin tidak terjawab, karena di
tataran elit hingga hari ini belum rukun. Amanah UUPA masih belum sepenuhnya berjalan.. Begitu juga cita cita menjadikan Aceh sebagai negeri bersyariat yang madani hanya mimpi.
tataran elit hingga hari ini belum rukun. Amanah UUPA masih belum sepenuhnya berjalan.. Begitu juga cita cita menjadikan Aceh sebagai negeri bersyariat yang madani hanya mimpi.
“Maka sudah semestinya kita tidak menafikan persoalan negeri sendiri yang carut marut dengan bertindak sebagai orang yang tidak melihat gajah dipelupuk mata, namun bisa melihat semut di seberang lautan. Kita jangan munafik atas realitas karunia yang didapat dengan tidak mengoptimalkan dalam membangun basis perdamaian dan kemakmuran”, urai Tgk Lukman.
Al Qur’an, Surat Ali Imron ayat 103. terjemahannya ;
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu orang orang bersaudara karena nikmat Allah”.
Al Qur’an, Surat Ali Imron ayat 103. terjemahannya ;
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu orang orang bersaudara karena nikmat Allah”.
"Ketika amanah rakyat kepada para pemimpin tidak diindahkan maka Allah bisa berkehendak kepada siapapun yang tidak mau bersyukur," demikian Tgk Lukman. (Usman Cut Raja)
Via
kabar daerah
Posting Komentar