kabar daerah
Aceh Utara. newsataloen.com -Meminta minta dan minta bantuan, bahasa populernyanya disebut mengemis, di Aceh sekarang ini tidak lagi dipandang sebagai pekerjaan aib atau hina bahkan kini banyak orang pada berlomba untuk menjadi pengemis. Miris dan sangat menyedihkan ketika Aceh yang dulunya dikenal sebagai bangsa yang dihormati dan disegani kini telah menjadi bangsa pengemis di negeri sendiri.
Mengapa banyak orang Aceh sekarang ini memilih dan berprofesi sebagai pengemis, tentu ada penyebab. Ada yang mengatakan akibat konflik yang berkepanjangan dan tsunami. Namun ada juga yang menyebut karena malas dan tidak berpangatahuan.
Untuk alasan konflik dan tsunami mungkin bisa diterima karena memang kondisi sebahagian orang saat itu banyak tidak tahu harus mengerjakan apa.“Kondisinya harus dan terpaksa mengemis” sebut Teungku Lukman, S.sos salah seorang pemerhati social dan agama.
Dijelaskan, musibah tsunami maha dahsyat hingga mengundang perhatian dunia untuk mendatangkan bantuan. Jutaan dolar bantuan dari berbagai penjuru dunia mengalir ke Aceh baik dalam bentuk pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana maupun lainnya yang umumnya diberikan tidak ada yang kontrol dan tanpa batasan. Layak mendapat bantuan atau tidak, tidak ada yang mempersoalkan.
“Disinilah barangkali awal terasupnya keinginan banyak orang di Aceh sekarang ini untuk terus meminta minta . Biarpun misalnya terhadap kalangan pengemis dan peminta bantuan terlihat sudah keterlaluan bahkan sudah sangat mengganggu dan tidak pantas lagi untuk terus dibiarkan, mau bagaimana karena sudah keenakan,"ujar Tgk Lukman.
Dicontohkan, lihat saja hampir di semua pelosok, mulai dari pasar, terminal bus, persimpangan jalan, warung, bahkan sampai ke perkantoran, baik pemerintah maupun swasta. Fenomena meminta-minta karena semuanya merasa “miskin” dan yang lebih parahnya lagi mengemis itu tidak hanya dilakukan oleh orang-orang cacat atau tidak mampu saja, orang yang mampu pun banyak yang menjalani profesi ini.
“Kita bisa saksikan, bagaimana petugas atau kalangan pegawai kantor pelayanan umum lainnya yang seharusnya melayani masyarakat tanpa pamrih ternyata masih juga meminta uang rokok dan sebagainya sebagai imbalan kepada masyarakat yang dilayani”,papar Tgk Lukman..
Lebih lanjut Tgk Lukman menjelaskan, sekarang ini di Aceh yang namanya meminta minta, baik minta bantuan dan mengemis sudah dianggap hal yang biasa dan bahkan telah dijadikan sebagai mata pencaharian. Lebih menyedihkan lagi kalangan yang mengaku santri yang menyebut untuk pembangunan Dayah.
“Disesalkan memang, bila benar pimpinan dayah mengarahkan santri untuk mencari derma alasan untuk pembangunan dayah, kapan anak anak santri mengaji dan kalau yang diajarkan mencari derma pasti anak anak tersebut setelah selesai kuliah akan melanjutkan pekerjaan yang diajarkan itu yaitu minta sedekah”, pungkas Tgk Lukman.
Di Aceh Orang Berlomba Menjadi Pengemis
Aceh Utara. newsataloen.com -Meminta minta dan minta bantuan, bahasa populernyanya disebut mengemis, di Aceh sekarang ini tidak lagi dipandang sebagai pekerjaan aib atau hina bahkan kini banyak orang pada berlomba untuk menjadi pengemis. Miris dan sangat menyedihkan ketika Aceh yang dulunya dikenal sebagai bangsa yang dihormati dan disegani kini telah menjadi bangsa pengemis di negeri sendiri.
Mengapa banyak orang Aceh sekarang ini memilih dan berprofesi sebagai pengemis, tentu ada penyebab. Ada yang mengatakan akibat konflik yang berkepanjangan dan tsunami. Namun ada juga yang menyebut karena malas dan tidak berpangatahuan.
Untuk alasan konflik dan tsunami mungkin bisa diterima karena memang kondisi sebahagian orang saat itu banyak tidak tahu harus mengerjakan apa.“Kondisinya harus dan terpaksa mengemis” sebut Teungku Lukman, S.sos salah seorang pemerhati social dan agama.
Dijelaskan, musibah tsunami maha dahsyat hingga mengundang perhatian dunia untuk mendatangkan bantuan. Jutaan dolar bantuan dari berbagai penjuru dunia mengalir ke Aceh baik dalam bentuk pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana maupun lainnya yang umumnya diberikan tidak ada yang kontrol dan tanpa batasan. Layak mendapat bantuan atau tidak, tidak ada yang mempersoalkan.
“Disinilah barangkali awal terasupnya keinginan banyak orang di Aceh sekarang ini untuk terus meminta minta . Biarpun misalnya terhadap kalangan pengemis dan peminta bantuan terlihat sudah keterlaluan bahkan sudah sangat mengganggu dan tidak pantas lagi untuk terus dibiarkan, mau bagaimana karena sudah keenakan,"ujar Tgk Lukman.
Dicontohkan, lihat saja hampir di semua pelosok, mulai dari pasar, terminal bus, persimpangan jalan, warung, bahkan sampai ke perkantoran, baik pemerintah maupun swasta. Fenomena meminta-minta karena semuanya merasa “miskin” dan yang lebih parahnya lagi mengemis itu tidak hanya dilakukan oleh orang-orang cacat atau tidak mampu saja, orang yang mampu pun banyak yang menjalani profesi ini.
“Kita bisa saksikan, bagaimana petugas atau kalangan pegawai kantor pelayanan umum lainnya yang seharusnya melayani masyarakat tanpa pamrih ternyata masih juga meminta uang rokok dan sebagainya sebagai imbalan kepada masyarakat yang dilayani”,papar Tgk Lukman..
Lebih lanjut Tgk Lukman menjelaskan, sekarang ini di Aceh yang namanya meminta minta, baik minta bantuan dan mengemis sudah dianggap hal yang biasa dan bahkan telah dijadikan sebagai mata pencaharian. Lebih menyedihkan lagi kalangan yang mengaku santri yang menyebut untuk pembangunan Dayah.
“Disesalkan memang, bila benar pimpinan dayah mengarahkan santri untuk mencari derma alasan untuk pembangunan dayah, kapan anak anak santri mengaji dan kalau yang diajarkan mencari derma pasti anak anak tersebut setelah selesai kuliah akan melanjutkan pekerjaan yang diajarkan itu yaitu minta sedekah”, pungkas Tgk Lukman.
Menurut Tgk Lukman, alangkah indahnya dan sangat bermartabat bila santri di sela sela pengajian diajarkan ketrampilan atau kerajinan tangan seperti memproduksi aneka kue dan roti khas Aceh yang hasilnya disebarkan keberbagai warung dan kedai di sekitar Dayah atau disebarkan ke seluruh Aceh lebih berdaya guna ketimbang mengangkut anak anak santri dalam mobil untuk disebarkan keberbagai kota dengan menjinjing keranjang atau kantong derma.
Untuk diketahui tambah Tgk Lukman, dalam ajaran Islam meminta-minta dan mengemis merupakan kehinaan, Rasulullah SAW mengecam praktik meminta-minta dengan sebuah ancaman yang menyeramkan. Beliau bersabda, “Tidak berhenti seseorang diantara kalian yang suka meminta-minta sampai ia bertemu dengan Allah dalam keadaan daging wajahnya tersobek-sobek, wajahnya lusuh, dan dagingnya berjatuhan, disebabkan banyaknya ia mendatangi orang-orang, meminta belas kasihan agar diberi sesuatu.”
Kemudian beliau melanjutkan bahwa sekecil apapun usaha yang kita lakukan, walau hanya menjadi buruh panggul, hal tersebut lebih dihargai. “Sesungguhnya seseorang diantara kalian yang menyingsingkan lengan tangan kemudian mengambil kayu bakar dan menggendongnya adalah lebih baik daripada meminta-minta belas kasih dan pemberian orang lain.”
Dalam sebuah nasehat lainnya disebutkan, orang yang meminta minta kepada manusia boleh menolaknya. Dan orang yang meminta hanya kepada Allah tidak akan pernah kecewa. Karenanya janganlah meminta kebutuhanmu kepada Anak Adam. Pintalah kepada Zat Allah yang pintuNya tak pernah tertutup.
Begitu juga baik Majlis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh maupun kalangan Ulama sudah berulangkali memperingatkan dan menghimbau. Namun apapun alasan, semua sudah terlanjur dan sudah sulit diberantas.
Inilah fenomena masalah sosial yang terjadi di Aceh hari ini, peminta minta dan pengemis yang dilakukan orang orang yang memang cacat dan tidak mampu bekerja lagi seharusnya mereka ditampung pemerintah. Lalu dibina dengan ketrampilan apa saja dan jangan dipulangkan kekampung halamannya sebelum dibekali ketrampilan dan modal usaha karena mereka akan kembali lagi menjadi pengemis.
Para ahli mengidentifikasi sebab-sebab orang menjadi pengemis bukan semata oleh kemiskinan diantaranya karena budaya dan sistem. Mengemis bisa lahir karena budaya malas, etos kerja yang minimalis menyebabkan orang malas bekerja. Faktor inilah salah satunya yang menyebabkan orang memilih untuk mengemis ketimbang bekerja..
Demikian Tgk Lukman yang dikenal arahannya, bimbingan serta pendapat bagi orang mukmin. (Usman Cut Raja)
Untuk diketahui tambah Tgk Lukman, dalam ajaran Islam meminta-minta dan mengemis merupakan kehinaan, Rasulullah SAW mengecam praktik meminta-minta dengan sebuah ancaman yang menyeramkan. Beliau bersabda, “Tidak berhenti seseorang diantara kalian yang suka meminta-minta sampai ia bertemu dengan Allah dalam keadaan daging wajahnya tersobek-sobek, wajahnya lusuh, dan dagingnya berjatuhan, disebabkan banyaknya ia mendatangi orang-orang, meminta belas kasihan agar diberi sesuatu.”
Kemudian beliau melanjutkan bahwa sekecil apapun usaha yang kita lakukan, walau hanya menjadi buruh panggul, hal tersebut lebih dihargai. “Sesungguhnya seseorang diantara kalian yang menyingsingkan lengan tangan kemudian mengambil kayu bakar dan menggendongnya adalah lebih baik daripada meminta-minta belas kasih dan pemberian orang lain.”
Dalam sebuah nasehat lainnya disebutkan, orang yang meminta minta kepada manusia boleh menolaknya. Dan orang yang meminta hanya kepada Allah tidak akan pernah kecewa. Karenanya janganlah meminta kebutuhanmu kepada Anak Adam. Pintalah kepada Zat Allah yang pintuNya tak pernah tertutup.
Begitu juga baik Majlis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh maupun kalangan Ulama sudah berulangkali memperingatkan dan menghimbau. Namun apapun alasan, semua sudah terlanjur dan sudah sulit diberantas.
Inilah fenomena masalah sosial yang terjadi di Aceh hari ini, peminta minta dan pengemis yang dilakukan orang orang yang memang cacat dan tidak mampu bekerja lagi seharusnya mereka ditampung pemerintah. Lalu dibina dengan ketrampilan apa saja dan jangan dipulangkan kekampung halamannya sebelum dibekali ketrampilan dan modal usaha karena mereka akan kembali lagi menjadi pengemis.
Para ahli mengidentifikasi sebab-sebab orang menjadi pengemis bukan semata oleh kemiskinan diantaranya karena budaya dan sistem. Mengemis bisa lahir karena budaya malas, etos kerja yang minimalis menyebabkan orang malas bekerja. Faktor inilah salah satunya yang menyebabkan orang memilih untuk mengemis ketimbang bekerja..
Demikian Tgk Lukman yang dikenal arahannya, bimbingan serta pendapat bagi orang mukmin. (Usman Cut Raja)
Via
kabar daerah
Posting Komentar