/> Peringatan Dr. Iswadi: Beban Administratif Guru Ancam Cita Cita Indonesia Emas

Peringatan Dr. Iswadi: Beban Administratif Guru Ancam Cita Cita Indonesia Emas

 

Dr.Iswadi

Jakarta, newsataloen.com - Dalam berbagai kesempatan, Dr. Iswadi selalu menegaskan sebuah peringatan penting yang seharusnya menggugah pemerintah, pemangku kebijakan, dan seluruh masyarakat: beban administratif yang terus menumpuk pada guru tengah mengancam terwujudnya cita cita besar Indonesia Emas 2045.

Hal itu disampaikan Dr.Iswadi dalam keterangan tertulisnya kepada media ini, Rabu (19/11/2025) di Jakarta. Menurutnya, kondisi ini bukan sekadar masalah teknis birokrasi, melainkan persoalan strategis yang bisa menentukan kualitas generasi masa depan.

Dr. Iswadi menjelaskan bahwa guru adalah pilar utama pendidikan. Namun ironisnya, profesi yang seharusnya fokus pada mendidik karakter, menanamkan nilai, dan mengembangkan potensi siswa ini justru semakin dibebani dengan tugas tugas non pembelajaran. Laporan berlapis, input data digital, penyusunan dokumen administrasi kelas, hingga tuntutan pembuktian kerja secara formal menjadi rutinitas harian yang memakan waktu dan menguras energi. Dalam situasi tersebut, peran esensial guru sebagai pendidik menjadi kabur.

Ia menggambarkan realitas yang banyak terjadi di lapangan: guru lebih sering bergulat dengan berkas dan layar komputer dibandingkan dengan mengamati perkembangan anak didiknya. Karena tuntutan administratif yang begitu banyak, tidak sedikit guru yang harus bekerja lembur, bahkan membawa pekerjaan administrasi ke rumah. Energi yang seharusnya digunakan untuk merancang pembelajaran kreatif atau memahami perbedaan kebutuhan siswa akhirnya terkuras oleh hal hal teknis yang tidak berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar.

Dr. Iswadi menilai bahwa jika kondisi ini terus dibiarkan, maka kualitas pendidikan Indonesia akan mandek. Padahal, untuk menuju Indonesia Emas, negara membutuhkan generasi yang unggul, kritis, kreatif, serta memiliki karakter yang kuat.

"Generasi seperti ini tidak lahir dari sistem yang memperlakukan guru sebagai pekerja administratif, tetapi dari sistem yang memberi ruang bagi guru untuk benar-benar mengajar, mendampingi, dan menginspirasi siswa,"katanya.

Ia juga menyoroti bahwa sebagian besar tugas administrasi yang dibebankan kepada guru tidak efektif dan sering kali bersifat repetitif. Banyak laporan harus dibuat bukan karena kebutuhan nyata, tetapi untuk memenuhi standar pelaporan yang dirancang secara birokratis tanpa mempertimbangkan situasi faktual di sekolah.

Bahkan sistem digital yang seharusnya membuat pekerjaan lebih mudah sering kali tidak terintegrasi dan justru memperumit proses pelaporan. Menurut Dr. Iswadi, kondisi ini menunjukkan bahwa pendekatan kebijakan sering kali tidak berpihak pada guru.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa negara negara maju yang berhasil mencetak generasi berkualitas justru mengurangi beban administratif guru dan memberikan pendamping teknis khusus. Guru diberi kepercayaan penuh untuk fokus pada inti profesinya: mengajar. Beban administratif ditangani oleh staf profesional, sementara guru berperan sebagai pembimbing perkembangan intelektual dan karakter siswa.

Indonesia, menurut Dr. Iswadi, perlu meniru langkah ini jika ingin mengejar ketertinggalan. Dr. Iswadi juga mengingatkan bahwa kualitas pendidikan tidak ditentukan oleh seberapa banyak data yang dikumpulkan, tetapi oleh kualitas interaksi antara guru dan murid. Ketika guru memiliki waktu yang cukup untuk memahami gaya belajar setiap anak, membangun pendekatan yang relevan, serta menciptakan suasana belajar yang bermakna, maka anak akan berkembang dengan optimal.

"Namun jika guru hanya sibuk mengejar deadline laporan, maka hubungan edukatif tersebut akan melemah dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai,"jelasnya

Ia menyerukan agar pemerintah melakukan evaluasi mendalam terhadap sistem administrasi pendidikan. Penyederhanaan, integrasi, dan efisiensi perlu menjadi fokus utama. Selain itu, keterlibatan guru dalam proses perumusan kebijakan sangat penting. Guru, kata Dr. Iswadi, adalah pihak yang paling memahami realitas kelas, sehingga suaranya harus menjadi dasar dari setiap regulasi yang dibuat. (rel/rj)

Post a Comment

Previous Post Next Post