/> Banyak Ketimpangan Pendidikan, Mendikdasmen Prof. Abdul Mu'ti Didesak Buat Sekolah Swasta Gratis

Banyak Ketimpangan Pendidikan, Mendikdasmen Prof. Abdul Mu'ti Didesak Buat Sekolah Swasta Gratis





Jakarta, newsataloen.com - Pendiri Pejuang Pendidikan Indonesia Dr. Iswadi, M.Pd. (foto) mengatakan Pendidikan merupakan hak dasar setiap anak di Indonesia, namun dalam realitasnya, banyak ketimpangan yang terjadi di berbagai sektor pendidikan. Salah satunya adalah ketidaksetaraan akses terhadap pendidikan berkualitas, terutama di daerah-daerah yang kurang mampu. Dalam hal ini, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu'ti, didesak untuk mengambil langkah konkret untuk mengatasi ketimpangan tersebut, salah satunya dengan menginisiasi sekolah swasta gratis yang dapat diakses oleh semua kalangan.

Hal tersebut disampaikan , Dr. Iswadi, M. Pd. kepada wartawan, Rabu 5 Februari 2025

Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tersebut mengatakan Ketimpangan dalam dunia pendidikan Indonesia tidak hanya terlihat dari perbedaan kualitas pendidikan di sekolah negeri dan swasta, tetapi juga dalam hal biaya yang dibebankan kepada orang tua. Banyak sekolah swasta, meskipun diakui kualitasnya, menetapkan biaya yang cukup tinggi, yang tidak mampu dijangkau oleh keluarga kurang mampu. Di sisi lain, meskipun sekolah negeri di Indonesia bersifat gratis, namun sering kali terdapat kekurangan fasilitas, tenaga pengajar yang terbatas, serta kualitas pendidikan yang tidak merata di setiap daerah.

Prof. Abdul Mu'ti, sebagai Mendikdasmen, memiliki tantangan besar untuk meratakan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia. Dalam berbagai kesempatan, beliau sering menekankan pentingnya pemerataan pendidikan, serta memastikan bahwa semua anak Indonesia mendapatkan pendidikan yang berkualitas tanpa memandang status sosial atau ekonomi orang tua. Namun, masalah ketimpangan yang terus berlangsung menunjukkan bahwa program-program yang telah dilaksanakan belum sepenuhnya mampu mengatasi permasalahan ini.

Salah satu langkah yang banyak diusulkan adalah pembentukan sekolah swasta yang sepenuhnya gratis. Sekolah-sekolah swasta selama ini sering kali dianggap sebagai pilihan bagi mereka yang ingin mendapatkan pendidikan dengan kualitas lebih baik. Namun, biaya yang tinggi menjadi penghalang bagi banyak keluarga. Dengan adanya sekolah swasta gratis, diharapkan dapat membuka peluang bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan berkualitas tanpa harus terbebani biaya.

"Sekolah swasta gratis ini juga bisa menjadi solusi atas masalah kekurangan fasilitas dan kualitas pengajaran yang sering kali terjadi di sekolah negeri, terutama di daerah-daerah terpencil,"katanya

Kebijakan ini tentu tidak akan berjalan mulus tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Pemerintah harus menyiapkan anggaran yang cukup untuk membiayai sekolah-sekolah swasta yang dimaksud, baik dari sisi operasional, fasilitas, hingga kesejahteraan guru. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan seleksi ketat terhadap lembaga pendidikan swasta yang akan diikutsertakan dalam program ini agar tidak ada penyalahgunaan dana atau kualitas yang merosot. Pembinaan dan pengawasan terhadap sekolah swasta juga harus dilakukan secara teratur agar kualitas pendidikan yang diberikan tetap terjaga.

Namun, tantangan terbesar dalam merealisasikan sekolah swasta gratis adalah keterbatasan anggaran negara. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta sektor swasta untuk mencari solusi bersama. Misalnya, dengan melibatkan perusahaan-perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial (CSR) untuk berpartisipasi dalam pendanaan pendidikan.

Selain itu, pemerintah juga bisa menggali potensi dana dari sektor lain, seperti pajak pendidikan atau dana pendidikan yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.

Selain itu, pemerintah juga perlu memperhatikan kualitas guru di sekolah-sekolah swasta yang akan bergabung dalam program ini. Pendidikan yang baik tidak hanya ditentukan oleh fasilitas yang memadai, tetapi juga oleh kualitas pengajaran yang diberikan oleh guru. (rls/red)

Post a Comment

Previous Post Next Post