/> Sejarah Baru di Alun-Alun Bogor: Kemegahan Drama Tari Wayang "Srikandi Bhuana" Pikat Ribuan Warga

Sejarah Baru di Alun-Alun Bogor: Kemegahan Drama Tari Wayang "Srikandi Bhuana" Pikat Ribuan Warga



Kota Bogor, newsataloen.com – Alun-alun Kota Bogor menjadi saksi bisu lahirnya sejarah baru dalam dunia seni pertunjukan di Kota Hujan. Pada Sabtu malam (20/12/2025), ribuan warga memadati area ikonik tersebut untuk menyaksikan kemegahan panggung kolosal Drama Tari Wayang bertajuk "Srikandi Bhuana". Perhelatan ini bukan sekadar pertunjukan tari, melainkan simbol kebangkitan kembali kekuatan budaya lokal yang sempat terhempas badai pandemi.

Acara yang digelar dalam rangka Evaluasi ke-55 Sanggar Seni Getar Pakuan ini merupakan buah kolaborasi dengan Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) tahun 2025 yang digagas dan disuport oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Ditjen Risbang Kemendiktisaintek, melalui LPPM ISBI Bandung. Dengan panggung megah berskala nasional dan tata cahaya yang futuristik, pementasan ini dinilai sebagai pertunjukan seni tradisi terbesar yang pernah digelar di ruang publik terbuka Kota Bogor.

Ketua Sanggar Seni Getar Pakuan, Zen Djuansyah, dalam sambutannya tak kuasa menahan rasa haru. Ia menceritakan perjalanan panjang sanggar yang kini memasuki usia evaluasi ke-55, meski sempat mengalami masa sulit.

"Sanggar ini sudah berjalan 33 tahun, namun kemarin kami sempat vakum karena badai pandemi Covid-19. Baru sekitar dua tahun ini kami kembali hadir, dan hari ini dalam acara Evaluasi Tari ke-55, kami dipercaya menggelar Drama Tari Wayang bekerjasama dengan ISBI Bandung dan IPB Vokasi. Ini membuktikan bahwa kami kembali bangkit menggetarkan untuk pengabdian pada negeri tercinta, Indonesia," ungkap Zen dengan penuh semangat.

Kang Zen sapaan akrabnya, juga menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu.

"Terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Ditjen Risbang Kemendiktisaintek, ISBI Bandung, IPB Vokasi, Wali Kota Bogor, Ketua DPRD Kota Bogor, Forkopimda, para sponsor, dan seluruh warga Kota Bogor. Terutama untuk anak-anak Sanggar Getar Pakuan serta para orang tua yang luar biasa membantu suksesnya acara besar ini. Bagimu Negri jiwa raga kami," tambahnya dengan penuh haru.

Prof. Dr. Hj. Een Herdiani, S.Sen., M.Hum., Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ISBI Bandung, menegaskan bahwa kolaborasi ini adalah perwujudan dari Program Inovasi Seni Nusantara (PISN).

Dijelaskan Prof. Een, alasannya kenapa memilih Sanggar Seni Getar Pakuan, tentunya atas raihan sejumlah karya serta prestasi yang telah dicapai selama ini.

"Kami di LPPM ISBI Bandung berkomitmen agar riset dan inovasi seni tidak hanya mendekam di kampus, tapi memberi dampak nyata bagi masyarakat. Melalui PISN, kami memberikan pendampingan agar tradisi lokal seperti di Getar Pakuan mampu bertransformasi menjadi pertunjukan yang relevan dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan nilai luhurnya. Malam ini adalah buktinya," ujar Prof. Een.

Senada dengan hal tersebut, Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum., yang diwakili oleh Dr. Ismet Ruchimat, S.Sen., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, memberikan pujian atas standar artistik yang dicapai

"ISBI Bandung hadir untuk memperkuat ekosistem seni. Kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan praktisi di sanggar menciptakan harmoni yang indah. Srikandi Bhuana adalah representasi bagaimana akademik dan talenta lokal bisa menciptakan karya berskala internasional," jelas Dr. Ismet.

Dukungan kuat juga datang dari parlemen. Abdul Rosyid, Anggota DPRD Komisi III yang hadir mewakili Ketua DPRD Kota Bogor, menyebut perhelatan ini sebagai pemanfaatan ruang publik yang paling ideal.

"Saya sangat terpukau dan mengapresiasi, luar biasa pisan!. Ini adalah contoh konkret bagaimana inovasi pendidikan dan seni tradisi membuahkan hasil yang bisa dinikmati rakyat. Kami di legislatif akan terus mendorong agar agenda budaya seperti ini menjadi prioritas dan Getar Pakuan rutin digelar sebagai daya tarik pariwisata Kota Bogor. Kita juga punya event tahunan seperti di daerah-daerah lain" ucapnya.

Ia juga menyampaikan pesan Ketua DPRD bahwa kami sangat mendukung penuh kegiatan yang menghidupkan Alun-alun dengan nilai-nilai edukasi dan budaya.

"Ini adalah sejarah baru, di mana Alun-alun Bogor bertransformasi menjadi panggung megah yang bisa dinikmati semua lapisan masyarakat secara gratis namun berkualitas tinggi," tegas Abdul Rosyid.

Mewakili Wali Kota Bogor, Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Sekdisparbud) Kota Bogor, Adhitya Bhuana Karana, S.STP., M.Si., yang hadir langsung menyaksikan pertunjukan, menyatakan rasa bangganya atas konsistensi para pegiat seni.

"Malam ini, Alun-alun bukan sekadar ruang terbuka hijau, tapi menjadi ruang peradaban. 33 tahun Getar Pakuan konsisten menjaga jati diri Bogor. Kolaborasi dengan ISBI Bandung ini membuktikan seni tradisi kita punya daya saing tinggi dan pemerintah akan terus mendukung penuh ekosistem budaya seperti ini," ujarnya.

Sekdisparbud juga menyampaikan pesan khusus dari Bapak Wali Kota Dedie A. Rachim.

"Pesan Bapak Wali Kota sangat jelas: Bogor harus menjadi kota yang modern secara infrastruktur namun tetap 'nyunda' secara jiwa. Apa yang dilakukan Getar Pakuan dan ISBI malam ini adalah bentuk pelestarian jati diri bangsa. Pemerintah Kota Bogor akan selalu menjadi rumah yang ramah bagi kreativitas seni seperti ini," pungkas Adhitya.

Antusiasme penonton menjadi puncak dari kesuksesan malam itu. Asep (45), warga asal Tanah Sareal yang membawa serta istri dan anaknya, mengaku takjub.

"Saya lahir dan besar di Bogor, tapi baru pertama kali ini melihat pertunjukan seni tradisi di tempat terbuka dengan panggung sekeren ini. Lampunya, suaranya, tariannya, semuanya seperti di film-film kolosal. Ini benar-benar sejarah baru buat kota kita," kata Asep

Sementara itu, Maya (21), seorang mahasiswi, menyebut acara ini sebagai 'booster' kebanggaan bagi generasi muda. "Ternyata tarian wayang kalau dikemas modern seperti ini sangat keren ya. Nggak kalah sama konser musik luar negeri. Semoga tahun depan ada lagi!" ujarnya penuh antusias.

Malam itu, Alun-alun Kota Bogor tidak hanya menjadi tempat berkumpul, melainkan sebuah ruang sakral di mana sejarah, inovasi, dan kebanggaan nasional menyatu dalam satu gerak: Srikandi Bhuana. (KDR/red)

Post a Comment

Previous Post Next Post